Sabtu, 23 November 2024

Arsitektur Surabaya Hasil Akulturasi

Laporan oleh Larasati Putri Ayuningtyas
Bagikan

Bangunan dengan arsitektur Surabaya adalah akulturasi berbagai budaya. Beberapa SSnetters yang tergabung dalam #Diskusi #SStoday Kamis (20/3/2014) mencoba mendeskripsikan seperti apa ciri-ciri bangunan tersebut.

Rumah bergaya Suroboyo ini diyakini memiliki beberapa ciri-ciri, seperti yang diaungkapkan akun Dwi Indie, “Rumah jaman dulu itu yang ada pintu ditengah, tapi bukan pintu kupu-kupu tapi pintu tunggal sedangkan di kanan kiri ada jendela berjajar tinggi separuh dinding yang bahannya dari papan.”

Haryo Sulistyarso, Pakar Tata Kota di Surabaya arsitektur asli Surabaya banyak dipengaruhi gaya etnis Jawa, Thionghoa, dan Arab. Dan inilah cirri-ciri bangunan khas arsitektur Suroboyoan. ” Yang paling khas, ya atap doro kepak. Atap ini punya banyak lubang angin dan sangat cocok untuk rumah yang berdinding rendah.”

Berbeda dengan Haryo, Johan Silas Pakar Permukiman dan Perkotaan ITS Surabaya menjelaskan arsitektur jengki bisa menjadi salah satu penanda arsitektur Surabaya, “Arsitektur jengki adalah buah dari keinginan arsitek-arsitek Indonesia di era setelah kemerdekaan, agar Indonesia punya bangunan khas. Johan mencontohkan, salah satu bangunan yang masih menggunakan arsitektur jengki adalah Hotel Olympic.”

Senada dengan Haryo, akun Farid Anwar yang merupakan mahasiswa arsitektur Surabaya juga melihat fakta bahwa Surabaya tidak memiliki identitas asli bangunan, melainkan dipengaruhi arsitektur Eropa, Arab dan China. “Sangat sulit mencari bangunan yg benar2 asli wajah suroboyo. Krna suroboyo identitasnya kota transit dan kota dagang jdi tdk memiliki identitas yg 100% suroboyo. Jadinya kebanyakan gedung ya terpengaruh oleh para pendatang. Tdk asli 100% suroboyo, “. Akun Ian unconcious juga menuliskan bahwa arsitektur asli Surabaya adalah percampuran berbagai budaya.

Arsitektur memang tidak bisa dilepaskan dari kultur dan periode waktu. Setiap periode punya khas arsitektur sendiri-sendiri dan itu akan menjadi penanda era pada generasi berikutnya, “Misalnya, masa kolonial, prasasti trowulan, arsitektur pada jaman2 tsb adalah sintesa dari keadaan lingkungan dan sosial masyarakat pd saat itu, yg bs dijadikan preseden mungkin teknik2 pengairan, penghawaan alami, ruang komunal, dan bnyk lagi,” tulis akun Ken Ridho.

Dibalik pemaknaan bangunan asli Surabaya yang multi tafsir, SSnetters juga berharap bahwa di manapun bangunan tersbut berada, pemerintah kota bisa memberikan perhatian untuk merawat. (ras/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs