Sudrajat Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, kondisi Gunungg Slamet yang berada di wilayah perbatasan Pemalang dan Purbalingga, Jawa Tengah, hingga Selasa (11/3/2014) pagi sudah relatif reda.
“Pada Selasa pagi menjelang siang ini, kondisi Gunung Slamet relatif reda berganti asap putih dibanding Senin (10/3/2014) malam yang mengeluarkan asap hitam di puncak gunung,” katanya saat dihubungi di Pekalongan, Selasa (11/3/2014) seperti dilaporkan Antara.
Ia mengatakan dalam sepuluh hari terakhir, kondisi Gunung Slamet terjadi peningkatan signifikan kegempaan bahkan mencapai ratusan kali.
Bahkan, kata dia, sejak Senin (10/3/2014), gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Brebes, Tegal dan Pemalang ini juga terjadi peningkatan dari pengamatan secara visual.
Menurut dia, dengan adanya peningkatan kegempaan tersebut maka sejak Senin (10/3/2014) pukul 21.00 WIB, status Gunung Slamet ditingkatkan dari normal level I menjadi waspada atau level II.
“Kami juga telah merekomendasikan pada masyarakat atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah Gunung Slamet dan tidak ada kegiatan pendakian,” katanya.
Ia mengatakan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet terakhir terjadi pada 2009.
“Oleh karena itu, meski sejak Selasa pagi, puncak Gunung Slamet masih terpantau relatif tenang tetapi PVMBG telah memberikan stautus “Waspada”. Suara gemuruh dari puncak gunung yang sebelumnya sempat terdengar oleh warga sekitar kini sudah tidak terdengar lagi,” katanya.
Tri Wahyuni Kepala Seksi Kedaruratan Dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pemalang mengatakan Pemkab terus melakukan koordinasi dengan petugas Pos Pengamat Gunung Slamet Desa Gambuhan untuk perencanaan kontinjensi mengantisipasi dengan naiknya status Gunung Slamet menjadi Waspada.
“Koordinasi tersebut sebagai bentuk langkah prabencana karena status Gunung Slamet meningkat menjadi Waspada. Kami juga mempersiapkan seluruh tim reaksi cepat, dapur umur, tenda dan logistik serta jalur evakuasi melalui tujuh desa, seperti Clekatakan, Gunungsari, Batursari, Siremeng, Gambuhan, serta Pulosari,” katanya. (ant/dwi)