Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, aktivitas Gunung Slamet terus menunjukkan penurunan hingga hari ini setelah sebelumnya meletus pada Jumat (12/9/2014) lalu.
Berdasarkan pemantauan dari Stasiun Pengamatan Gunung Slamet, PVMBG Badan Geologi, sejak Minggu (14/9/2014) hingga saat ini tidak terlihat adanya asap hitam yang keluar dari kawah. Kegempaan pun juga menurun.
“Pada Senin (15/9/2014) pukul 00.00-06.00 WIB terpantau hanya 13 gempa hembusan dan asap nihil. Pukul 06.00-12.00 WIB tercatat 17 kali gempa hembusan. Status gunung sampai saat ini masih Siaga (level III). Tidak diketahui secara pasti apakah penurunan ini akan terus berlangsung lama ataukah ini hanya fluktuatif saja,” ujar Sutopo di Jakarta, Senin (15/9/2014).
Namun demikian, kata Sutopo, masyarakat dan lima pemda di sekitar Gunung Slamet telah siap menghadapi kondisi yang terburuk. Apalagi watak Gunung Slamet memang tidak seganas Gunung Merapi dan Gunung Kelud.
Sebaliknya Gunung Lokon di Kota Tomohon terus menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi. Pada Senin (15/9/2014) pukul 00.00-06.00 WIB, secara visual teramati asap kawah putih tipis berkisar 75-200 m. Terjadi 19 kali gempa vulkanik dalam, 32 kali gempa vulkanik dangkal, dan 10 kali gempa hembusan.
Statusnya sendiri Siaga (level III). Ancaman bahaya untuk saat ini adalah terjadinya letusan magmatik disertai oleh lontaran material pijar berukuran lapili hingga bongkah dan hujan abu tebal dengan atau tanpa diikuti aliran awan panas secara tiba-tiba.
Jika awan panas terjadi, maka masyarakat di alur Sungai Pasahapen agar mewaspadai awan panas tersebut. Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di dalam radius 2,5 km. BPBD Kota Tomohon dan BPBD Provinsi Sulawesi Utara juga telah siap menghadapi kondisi terburuk.
BNPB telah mendampingi dan memperkuat BPBD dengan berbagai bantuan, baik manajemen keposkoan, penanganan darurat, penyusunan rencana kontinjensi, bantuan logistik dan peralatan, dan lainnya.(faz/ipg)