Pemasangan Microchip pada sejumlah koleksi satwa PDTS-KBS, satu diantaranya dimaksudkan untuk mempermudah recording atau pencatatan pertumbuhan dan sekaligus kesehatan satwa. Termasuk mengantisipasi terjadinya inbreeding.
“Ada sekitar 50 ekor Bekantan (Nasalis Larvatus) koleksi KBS yang hingga saat ini memang belum dipasang Microchip. Padahal microchip itu berisi data perkembangan satwa, sehingga dapat dijadikan acuan mencegah inbreeding,” terang drh. Liang Kaspe Plt. Direktur Operaisonal PDTS-KBS.
Inbreeding ditegaskan Liang, sangat tidak diharapkan terjadi pada satwa-satwa didalam kebun binatang. Dikarenakan akan merusak genetika satwa itu sendiri, sehingga sangat rawan dan rentan terhadap berbagai penyakit dan kematian.
“Oleh karena itu, kami mencoba dan berupaya sedapat mungkin untuk tidak terjadinya inbreding pada satwa-satwa koleksi kami. Pemasangan microchip diharapkan dapat memberikan catatan agar tidak terjadi perkawinan seinduk,” tambah Liang.
Sejumlah koleksi satwa PDTS-KBS seperti Gajah, Burung Jalak Bali, serta Komodo sudah dipasang microchip, sebagai satu diantara antisipasi terjadinya inbreeding atau perkawinan satu induk.
Namun demikian, ditambahkan Liang, bahwa Bekantan tergolong satwa yang memiliki kekhasan berbeda dengan jenis satwa lainnya. “Bekantan itu angat peka dengan sekitar. Sehingga saat ditangkap, jika salah penanganan berdampak kematian,” kata Liang.
Tetapi bukan kemudian hal itu menghentikan agenda pemasangan microchip. “Tetap kami akan lakukan pemasangan microchip. Karena memang sudah diagendakan, pemasangan microchip satu diantara pilihan cegah inbreeding,” pungkas drh. Liang Kaspe pada suarasurabaya.net, Jumat (15/8/2014).(tok/rst)