Komunitas pecinta sejarah dari Roode Brug (Jembatan Merah) Soerabaia temukan sedikitnya ada 11 benteng kuno yang tersebar di kawasan Surabaya. Benteng-benteng yang sebagian besar masih utuh ini, merupakan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1900 untuk membantu dalam persiapan perang dunia kedua.
“Tapi benteng itu tak sampai digunakan Belanda, malah di Surabaya benteng itu akhirnya digunakan arek-arek Suroboyo untuk mengusir tentara Inggris pada tahun 1945 yang mencoba masuk ke Kota,” kata Ady Setyawan, pendiri Roode Brug Soerabaia, ketika berbincang dengan suarasurabaya.net, Minggu (9/8/2014).
Benteng-benteng ini, kata Ady, dibangun di sepanjang pesisir pantai Surabaya mulai dari Gresik hingga Kedung Cowek. Di Gresik, benteng dibangun mulai dari sebuah benteng yang kini dikenal sebagai benteng Ludewijk, hingga ke Benteng Desa Indro. Sayang yang benteng di Desa Indro ini sudah sulit ditemukan karena sudah beralih fungsi sebagai pemukiman.
“Selain di sisi pesisir Surabaya, Belanda juga membangun di pesisir Madura. Jadi pembangunan ini tujuannya untuk mengamankan Surabaya dalam pertempuran,” kata Ady.
Di Madura, benteng diantaranya dibangun di Karang Jamuang, lantas di Ujung Piring, Mudung, Batu Poron, serta beberapa titik lainnya. Total benteng yang di bangun Belanda di Surabaya ada tiga, lantas Gresik dua, dan Madura ada enam.
Khusus di Surabaya, tiga Benteng yang dibangun hingga saat ini kondisinya masih ada dan berdiri dengan kokoh karena ketiganya berada di dalam kompleks militer. Hanya keberadaan tiga benteng ini memang kurang terawat.
Tiga Benteng yang berada di Surabaya, diantaranya adalah Benteng yang berada di Kedungcowek, tepatnya di sisi timur Jembatan Suramadu dan berada di dalam kompleks militer Angkatan Darat di bawah naungan Paldam Kodam V/Brawijaya.
Benteng yang ada di Kedungcowek ini memiliki panjang sekitar 600 meter dengan lebar rata-rata sekitar 10 meter. Beberapa bangunan juga ditemukan menjorok ke lautan. Di Benteng ini juga ditemukan barak serta bangunan mirip dapur.
Selain di Kedungcowek, juga ditemukan dua benteng lagi yaitu di kawasan Bulak Banteng tepatnya di dalam kawasan Armada TNI AL Kawasan Timur (Armatim) atau tak jauh dari lokasi pembuangan sampah Armatim.
Hanya untuk benteng ini tidak dilengkapi dengan barak dan dapur. Meski begitu, di benteng yang kini tertutup rerimbunan tanaman ini masih nampak beberapa lubang bekas peluru.
Sedangkan satulagi juga berada di Armatim tepatnya di kawasan inti Armatim. Bahkan, benteng ini kini masih aktif digunakan dan dilengkapi dengan lorong-lorong bawah tanah dan senjata yang masih aktif digunakan.
Untuk menguji temuan ini, komunitas Roode Brug Soerabaia bahkan sampai pergi ke Cilacap, Singapura dan Belanda. Di Cilacap komunitas Roode Brug menguncungi benteng yang memang fungsinya sama dengan yang ada di Surabaya dan sama-sama dibangun oleh Belanda di tahun 1900.
Begitujuga di Singapura, mereka melihat bagaimana struktur benteng di sana dan bagaimana benteng itu dirawat yang akhirnya dijadikan sebagai tempat wisata.
Sementara di Belanda dilakukan untuk mengumpulkan dokumen dan foto penunjang benteng-benteng yang ada di Surabaya. “Di Badan Arsip Belanda, Kami menemukan blueprint pembangunan benteng di Surabaya yang dibuat Belanda,” kata dia.
Atas temuan ini, komunitas Roode Brug berharap pemerintah bisa merawat benteng-benteng ini sehingga akar sejarah Surabaya tak sampai terputus. “Jika dulu benteng ini dibangun untuk membentengi serangan musuh dari laut, kini saatnya benteng ini dimanfaatkan untuk wisata sejarah,” kata dia. (fik)