Pasca kebakaran yang melalap Pasar Turi, yang terjadi Kamis (26/07) lalu itu menyisakan tembok-tembok rapuh dan besi-besi rongsokan. Karenanya, puluhan pemulung langsung ‘menyerbu’ pasar grosir terbesar di Indonesia bagian timur itu.
“Besinya itu masih banyak yang utuh. Kalau temboknya sudah banyak yang rapuh, tapi besinya masih bagus-bagus. Seng-seng juga banyak. Nggak salah kalau pemulung langsung tergiur melihat itu. Itu khan masih bisa dijual lagi jadi rongsokan,” kata HAMID ASNAN pengusaha besi bekas dan rongsokan yang ditemui suarasurabaya.net, Kamis (02/08).
Beberapa hari sebelumnya, puluhan pemulung dengan menggunakan dua buah truk, terlihat leluasa mengambil besi-besi dari sisa Pasar Turi yang terbakar itu. Padahal, untuk bisa masuk kedalam lokasi Pasar Turi harus melewati penjagaan Polisi.
“Pedagang saja nggak bisa masuk. Kok mereka malah bisa leluasa memunguti barang-barang disana. Memang itu rongsokan bekas kebakaran, tapi itu bukan hak mereka. Jelas kita protes,” ujar SANUSI HALIM pemilik kios guci dan keramik di lantai dasar Pasar Turi menanggapi aksi para pemulung beberapa waktu sebelumnya.
Dibekas lokasi kebakaran Pasar Turi, tepatnya di Blok D dan C, sampai kebagian belakang mendekati pusat perbelanjaan Ramayana, Kamis (02/08) kondisinya tak ubahnya bekas medan perang. Hanya menyisakan tembok-tembok berlubang bekas dirobohkan, dan sisa panas api yang menempel dinding menjadi kehitaman.
“Mestinya Polisi melarang siapapun untuk mendekati lokasi kebakaran Pasar Turi. Tanpa izin dan tidak berkepentingan, dilarang masuk. Kalau nggak, siapapun bakal mencoba masuk. Apalagi pemulung. Didalam banyak barang-barang bekas dan rongsokan, itu uang buat mereka,” ujar M. TAUFIK Humas tim penanggulangan koran pasca kebakaran Pasar Turi, Kamis (02/08).(tok)
Teks foto:
-Sisakan tembok rapuh, besi rongsokan. Pemulungpun tergiur….
Foto: TOTOK suarasurabaya.net