Selasa, 29 April 2025
Gara-gara Tayangan Televisi

Kendali Anakku Bukan di Tanganku

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

ASTRID WIRATNA Psikolog dari Ubaya mendukung gerakan “Sehari Tanpa Televisi”. Diharapkan pasca gerakan ini orangtua sadar dan berkata “Gara-gara TV, kendali anakku bukan di tanganku”.

Menurut ASTRID, dengan adanya waktu anak-anak lebih banyak menonton televisi, dibandingkan belajar, menandakan kendali anak-anak ‘di tangan’ tayangan TV.

“Sekarang ini pendidik anak-anak adalah televisi. Pendidikan dari orangtua dan sekolah dikalahkan ‘pendidikan’ dari TV. Bagaimana tidak waktu nonton televisi dua kali lipat dibandingkan belajar di sekolah,” ujarnya.

Adanya gerakan “Sehari Tanpa Televisi” ini ASTRID WIRATNA mendukung gerakan itu, meskipun dinilai kurang efektif.

“Paling tidak biar anak-anak sekaligus orangtua merasakan kalau sehari tanpa menonton televisi. Mereka biar sadar betapa dominannya televisi selama ini dalam hidupnya. Hanya gara-gara benda kotak itu mereka bisa kurang membaca, kurang bergaul sama tetangga, aktifitas bermain anak-anak kurang,” paparnya.

Sementara dilaporkan Antara hasil penelitian YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak) tahun 2006, rata-rata anak Indonesia, menonton TV jauh lebih lama dibanding dengan jam belajar mereka di sekolah. Mereka menghabiskan sekitar 1.600 jam untuk menonton TV, dan hanya sekitar 740 jam untuk belajar di sekolah.

Dari semua media yang diakses anak-anak, televisi adalah media yang paling dominan dan paling berpengaruh. Dalam interaksi antara anak dengan televisi ada beberapa kondisi yang sangat merugikan anak diantaranya belum terbentuk pola kebiasaan menonton TV yang sehat.

Menonton TV yang sehat setidaknya mencakup 2 hal, memperhatikan isi acara yang ditonton yang harus sesuai dengan usia anak, dan kapan waktu menonton, juga lamanya menonton yang tidak lebih dari 2 jam sehari.

Di sekolah, anak­anak tidak mendapatkan Pendidikan Media atau ‘Media Education’, yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kebiasaan menonton televisi orangtua yang takut kehilangan episode sinetron juga sangat mempengaruhi pola kebiasaan anak.

Isi acara TV yang kebanyakan tidak aman untuk anak. Pengelola televisi pada umumnya tidak memperhatikan kepentingan dan perlindungan terhadap kelompok pemirsa anak. Dalam kaitan ini kondisi pertelevisian kita saat ini sangat memprihatinkan.

Melalui kegiatan “Sehari Tanpa televisi” ini, beberapa LSM, sekolah, individu mengajak seluruh lapisan masyarakat yang prihatin dengan isi tayangan televisi yang tidak aman dan tidak sehat untuk anak-anak, dengan cara mematikan televisi selama sehari, pada hari Minggu 22 Juli 2007. Pemilihan hari ini terkait dengan peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2007.(ipg)

Bagikan
Potret NetterSelengkapnya

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Surabaya
Selasa, 29 April 2025
33o
Kurs