NITA FRARISWARI Ketua Panitia Masa Orientasi Siswa (MOS) SMAN 4 Surabaya yang kini menginjak kelas 12 IA-4 pada suarasurabaya.net, Senin (16/07), mengatakan dalam MOS untuk siswa laki-laki diharuskan memakai pita dengan warna tertentu, sesuai gugusnya sendiri dengan jumlah pita sesuai tanggal lahir.
Pita yang dikenakan siswa laki-laki di lengan baju kiri, berbentuk simbol HIV/AIDS. Sedangkan siswa perempuan, pita dipakai untuk kuncir rambut dengan jumlah sesuai tanggal lahir pula.
Ini karena disesuaikan dengan tema kesehatan yang diangkat, terang NITA. Pengangkatan tema kesehatan ini dilatari pemikiran siswa SMAN 4 Surabaya, harusnya selain pitar juga bergaya hidup sehat.
Selain itu, siswa baru juga diharuskan memakai atribut topi suster, tas kotak P3K, dan membawa bungkusan makanan lengkap dengan susu. Karena itu, sekolah juga menyiapkan 2 buah roti untuk siswa baru.
Tiap harinya siswa juga diminta membawa makanan lain. Misalnya, hari ini para siswa baru diminta membawa klepon. NITA menjelaskan keharusan membawa klepon dimaksudkan agar siswa baru menyadari nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut seperti karbohidrat, glukosa, dan lainnya.
MOS di SMAN 4 kali ini berbeda dari tahun sebelumnya karena siswa kelas 11 dan kelas 12 juga masuk sekolah mengikuti proses KBM. Ini dikatakan NITA untuk mengakrabkan siswa baru dengan para kakak kelas. SUDARMADJI Kepala Sekolah SMAN 4 Surabaya mengiyakan hal ini.
Di hari pertama ini dijalankan program ‘Kenal Akrab Warga Sekolah’. Satu diantara kegiatannya, siswa baru diminta mencari tanda tangan dari guru dan kakak kelas. Namun siswa didampingi kakak pendamping guna menghindari siswa baru diperlakukan seenaknya oleh senior.
Sementara itu, SUDARMADJI mengaku tema kesehatan dan pita yang dikenakan siswa laki-laki dan perempuan semua inisiatif dan spontanitas siswa OSIS. Dia tidak mengetahui hal itu.
Sebagai Kepala Sekolah ia memberikan kesempatan dan kepercayaan pada OSIS untuk berkreasi dalam MOS. Karena momen MOS dianggapnya tepat dan berharga bagi siswa lama dan siswa baru untuk menerapkan kreatifitas yang inovatif.
Siswa baru yang merasa peraturan atau tugas yang diberikan terlalu memberatkan diminta untuk menghadapnya. SUDARMADJI berharap dengan demikian muncul juga keberanian siswa baru untuk menyampaikan aspirasinya.(yyn/ipg)
Teks Foto:
1. Pita berbentuk simbol HIV/AIDS dipakai siswa laki-laki. Jumlah pita yang dipakai tidak sama antar siswa, sesuai angka kelahiran.
2. Siswa perempuan diharuskan menggunakan pita sejumlah angka kelahiran untuk kunciran rambut.
Foto: YUYUN suarasurabaya.net