Meskipun rakyat di Ibu Kota Suriah, Damaskus, terbiasa dengan banyaknya pos pemeriksaan militer yang menuntut kartu pengenal dan pemeriksaan mobil, sebagian relawan memutuskan untuk mendirikan pos pemeriksaan “Cinta Ramadan.”
Sepanjang perang selama enam tahun di negeri itu, pos pemeriksaan pasukan militer dan aparat keamanan menjamur di seluruh negeri itu untuk menjaga keamanan di daerah yang dikuasai pemerintah.
Namun, banyak orang, terutama di Damaskus, mengeluhkan kemacetan lalu lintas akibat pos pemeriksaan semacam itu, atau pemeriksaan tanda pengenal, proses yang membosankan, dalam upaya pemerintah mencari pembuat identitas palsu.
Beberapa relawan memutuskan untuk memperoleh inspirasi positif dari pos pemeriksaan militer serta menciptakan pos pemeriksaan serupa. Pos pemeriksaan baru tersebut memberi orang makanan dan minuman pada saat iftar (berbuka puasa) selama Ramadan, dan bagi muslim untuk menunjukkan keyakinan mereka melalui perbuatan baik, dan lewat puasa dari fajar hingga senja.
“Pos pemeriksaan Ramadhan adalah gagasan yang diilhami oleh krisis. Jadi pos pemeriksaan ini bukan untuk menghentikan orang untuk diperiksa kartu pengenal mereka dan mengamankan keadaan di negeri itu. Tapi ini adalah pos pemeriksaan cinta, ini adalah pos pemeriksaan untuk membagikan minuman dan kurma kepada orang di jalan saat Iftar,” kata Saed Abdul-Ghani, perencana gagasan ini, dikutip Xinhua, dilansir Antara. Ia sedang mengelola salah satu pos pemeriksaan di Permukiman Mazzeh di Damaskus.
Pejalan kaki dan orang yang mengemudi saat berbuka puasa, menyambut baik gagasan itu. Muhammad, seorang pengemudi, mengatakan gagasan tersebut mengingatkan orang mengenai tradisi lama Ramadhan untuk mempersiapkan makanan dan berdiri di pinggir jalan untuk memberikan bermacam jenis makanan pada saat iftar.
“Gagasan itu sangat bagus dan itu adalah isyarat yang sangat baik serta menjadi pengingat mengenai tradisi lama Ramadhan,” katanya.
Taim Salem, seorang pengemudi lain, sambil bergurau mengatakan ia mendukung pos pemeriksaan tersebut lebih banyak dari pos pemeriksaan reguler.
“Saya kira itu adalah pos pemeriksaan cinta, bukan untuk menanyai kartu tanda pengenal atau kartu militer, mereka memberi kami makanan dan minuman. Saya lebih menyukainya,” kata Taim, sambil tersenyum.
Gagasan dari Abdul-Ghani, yang disebut “Remah Roti”, telah berjalan selama beberapa kali Ramadhan selama krisis. Tapi itu cuma terbatas pada mendatangkan relawan dan menjamin donor mengenai bahan makanan untuk mempersiapkan iftar buat orang yang memerlukan, tapi tahun ini ia meluncurkan gagasan “pos pemeriksaan Ramadhan”.
Mereka menyiapkan makanan sepanjang hari, lalu petugas amal akan datang ke tempat mereka untuk mengumpulkan makanan dan membagikannya kepada orang miskin dan orang yang kehilangan tempat tinggal pada saat Iftar.
Terlebih lagi, pos pemeriksaan Ramdhan bukan hanya buat orang miskin, tapi untuk semua pejalan kaki selama saat berbuka puasa, dan mereka hanya menawarkan minuman serta kurma.
“Kami mempunyai 1.350 relawan dalam gagasan ini. Kami membuat antara 10.000 dan 30.000 makanan iftar per hari, semua sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Kegiatan kami sangat tergantung atas sumbangan bahan makanan,” kata Abdul-Ghani.
Kebanyakan relawan adalah pemuda yang merasa bahwa mereka perlu memainkan peran positif dalam membantu rakyat di negeri mereka. (ant/den/dwi)