Kenaikan harga berbagai komoditas kebutuhan pokok menjelang Ramadhan, seakan menjadi hal biasa. Operasi pasar dianggap mampu menstabilkan harga-harga di pasaran.
“Kalau tepat sasaran boleh saja. Tapi kalau yang beli malah dijual lagi? Terus bagaimana? Harganya dijual lebih murah. Operasi pasar tidak bisa dianggap tepat kalau yang beli tidak tepat sasaran,” ujar Rais pedagang mracangan di Pasar Pucang, Surabaya.
Rais mencontohkan beberapa waktu lalu, ketika terjadi kelangkaan minyak goreng curah di pasaran, operasi pasar ternyata tidak dapat menstabilkan harga jual minyak goreng.
“Karena ternyata yang membeli di operasi pasar itu malah menjual lagi. Harganya dibikin selisih tidak terlalu banyak. Pasar sepi minyak goreng curah. Ini kesempatan untuk dimanfaatkan cari keuntungan sendiri. Ini yang bahaya,” tambah Rais.
Sementara itu disampaikan Marminem, kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok memang selalu terjadi menjelang Ramadhan. Terpenting adalah ketersediaan barang-barang itu.
“Kalau stok persediaan barang berkurang, maka itu digunakan untuk menaikkan harga. Tapi kalau stok barang aman, maka tidak mungkin menaikkan harga karena barang berlimpah. Stok barang memang harus dijaga,” ujar Marminem pedagang mracangan di Pasar Soponyono, Rungkut.
Sepakat dengan hal itu, Suleman yang berdagang beras di pasar tradisional Darmo Trade Center (DTC) Surabaya membenarkan bahwa saat harga mulai merangkak naik operasi pasar tidak banyak berpengaruh menstabilkan harga.
“Harga sudah naik, kalau operasi pasar untuk menurunkan harga pasti tidak mungkin. Oleh karena itu sebelum harga naik, stok barang itu harus ada, lewat operasi pasar. Harga pasti stabil,” tukas Suleman pada suarasurabaya.net, Senin (25/5/2015).(tok/ipg)