Universitas Airlangga (Unair) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Surabaya menggandeng Curtin University of Australia dan Singapore Polytechnic melakukan studi banding bersama puluhan mahasiswa ke Suara Surabaya (SS) Media, Minggu (10/12/2023).
Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap Suara Surabaya menjadi salah satu alasan mereka memilih media yang telah berusia 40 tahun ini sebagai tempat studi banding.
“Sebagai leading (terkemuka) media di Surabaya, orang-orang Surabaya pun kalau ada apa-apa kadang langsung ke SS. Jadi yaudah kita coba heading mereka ke sini supaya dapat experience-nya. Gimana sih ternyata perkembangan media (radio) di Surabaya,” jelas Dimas Ramadhiansyah Asisten Wakil Dekan III FISIP Unair kepada suarasurabaya.net.
Selain itu, kunjungan ini bermaksud untuk memperkenalkan bagaimana proses produksi industri media di Indonesia, serta perbedaan bagaimana media berkembang di antarnegara.
“Kita ingin memperluas bagaimana perkembangan media itu sendiri. Karena bisa dibilang media saat ini cukup masif ya, di mana itu berkembang cukup pesat tidak hanya di bidang produksi radio, tapi juga televisi, media massa, dan sebagainya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Dimas berharap media di Indonesia khususnya Suara Surabaya Media dapat terus berkarya dan menjadi media penyelamat dalam memberikan informasi.
“Kita harapannya sih SS bisa menjadi top of mind-nya orang Surabaya, dan bertahap mungkin bisa jadi nasional, ke Internasional,” harapnya.
Di sisi lain, Liam Timothy Elward mahasiswa Curtin University mengungkapkan kesannya selama kunjungan di Suara Surabaya.
“Ini sangat menyenangkan karena ini pertama kalinya mengunjungi stasiun radio di Surabaya. Bagaimana ruangan-ruangan di sini (Suara Surabaya) aesthetic, apalagi ruang broadcast-nya. Juga bagaimana ada fact checker untuk mereka memverifikasi mana berita yang benar dan mana yang tidak,” ungkapnya dalam berbahasa inggris.
Liam menuturkan banyak hal yang dia dapatkan mengenai proses media radio di Surabaya. Di mana hal tersebut tak ditemukan oleh pria yang kini memasuki tahun ketiga perkuliahan itu.
“Bagaimana masyarakat Surabaya yang memberikan informasi apa saja, tidak hanya kemacetan, tapi juga hal lainnya seperti pencurian motor,” ungkap mahasiswa jurusan Cyber Security itu.
Tak jauh berbeda dengan Liam, Ahmad Idham dari Singapore Polytechnic mengatakan terdapat perbedaan secara redaksional antara media di Indonesia dengan di Singapura.
“Saya rasa di Suara Surabaya ini independen ya. Kalau ada isu-isu saya rasa Suara Surabaya adalah tempat nomor satu untuk memberi informasi ini,” ujarnya.
Lebih lanjut setelah melihat dan mempelajari proses produksi media, Ahmad mengaku tidak memiliki niat untuk berkarir di industri broadcasting. Ia ingin mendalami bidang videografi dan desain grafis sesuai jurusannya yakni Komunikasi Visual.
“Tapi ada satu yang ingin saya coba, seperti podcast,” katanya.
Sebagai informasi, sebanyak delapan mahasiswa dari Curtain University dan 19 orang dari Singapore Polytechnic hadir dalam kunjungan tersebut.
Nantinya mahasiswa Curtain Australia akan menetap selama dua bulan di Indonesia guna mempelajari Bahasa Indonesia di pusat bahasa Unair, sedangkan mahasiswa Singapura hanya menetap selama satu minggu. (feb/bil/ham)