Sebanyak 20 mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen (UK) Petra melakukan kunjungan ke Suara Surabaya (SS) Media, Senin (21/11/2022).
Mahasiswa semester 3 itu disambut dan diajak berkeliling untuk melihat-lihat proses di balik layar pembuatan dan penyiaran berita di Suara Surabaya. Selain itu, mereka juga ditunjukkan proses produksi berita, penyiaran, hingga bagian desain grafis.
Jandi Luik Dosen Pengampu Mata Kuliah Industri Media mengatakan, tujuan diadakan kunjungan ini untuk mempelajari model bisnis yang ada pada industri media.
“Kami ada salah satu materi di silabus atau rencana pembelajaran semester terkait model bisnis media, sehingga kami ke sini mempelajari bagaimana di Suara Surabaya itu menjalankan beberapa model bisnisnya,” ujarnya.
Dia melanjutkan, ada beberapa hal yang menarik di Suara Surabaya yakni terkait trust, impact, dan influence.
“Yang menarik dari SS tentunya trust atau kepercayaan, lalu juga impact atau dampak yang diberikan, dan yang terakhir pengaruh atau influence yang dimiliki SS sangat luarbiasa. SS itu tidak hanya sebuah radio, tetapi dia adalah sebuah platform bagi masyarakat, dia adalah sebuah pusat komunitas, sulit didefinisikan kalau SS itu sebuah stasiun radio saja,” jelasnya.
Jandi berharap SS dapat terus memberikan dampak positif bagi masyarakat kota Surabaya dan sekitarnya.
Selain itu, mahasiswa UK Petra juga diberikan materi terkait model bisnis media oleh Eddy Prastyo Manajer Produksi Suara Surabaya Media. Dalam materinya ia menjelaskan bahwa model bisnis media adalah tentang bagaimana mengelola crowd sebagai sebuah nilai.
Rachel salah satu mahasiswa menyampaikan kesannya setelah berkunjung ke SS.
“Kalau dilihat dari fisiknya dari kantornya itu ternyata gak kaya kantor konvensional, ada nuansa fun-nya, luas, terus desainnya juga gak kuno,” katanya.
Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil, lanjutnya, yakni terkait skill mendengar dan skill mengkonfirmasi yang harus dimiliki oleh gate keeper.
“Pas di gate keeper itu kaya waw ini harus multitasking banget, soalnya kan harus ada skill mendengar dan skill konfirmasi lagi dan banyak lagi skill yang haru dikuasai di gate keeper sama juga dengan penyiarnya,” tuturnya.
Sementara Anastasia Trivena mahasiswa yang juga ikut kunjungan tersebut mengatakan, jika awalnya ia berpandangan bahwa media radio hanya sekadar media hiburan.
“Kalau media radio pandanganku cuma kaya tempat untuk titip pesan, ya udah tempat untuk menyiarkan lagu-lagu istilahnya cuma peneman lah buat di jalan atau di mana. Tapi kalau lihat SS sendiri ternyata unik, dia radio yang gak cuma untuk sekadar siaran lagu-lagu, tetapi dia juga jadi penghubung dengan pendengar,” katanya.
Meskipun audiens SS berada di usia 25 tahun ke atas, Anastasia berharap agar anak-anak muda juga dapat menjadi pendengar dan penyalur informasi di Suara Surabaya.
“Semoga anak-anak muda bisa sadar akan kehadiran SS, kalau SS ini juga penting buat mereka, karena di sini juga bisa jadi penyalur informasi. Saya juga berharap, kita bisa belajar untuk jadi penyebar informasi yang benar, gak jadi penyebar hoax seperti orang-orang diluar sana,” pungkas Anastasia.(gat/ipg)