Tri Rismaharini Menteri Sosial berkunjung ke Suara Surabaya Center (SSC) di Jalan Raya Bukit Darmo no. 22-24 Surabaya, pada Sabtu (17/4/2021) pagi untuk menyapa warga Surabaya dan berbincang dengan para kru Suara Surabaya Media.
Acara yang lebih cocok disebut ‘temu kangen’ ini berlangsung sangat cair. Perempuan yang dijuluki ‘Ibuke Arek-Arek Suroboyo’ itu tak segan bercerita tentang perjalanan dan pengalamannya sebagai Menteri Sosial, setelah empat bulan melepas jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya.
Tiba sekitar pukul 09.00 WIB, Risma langsung menyapa warga Surabaya melalui Radio Suara Surabaya (SS). Saat mengudara di studio, Risma bercerita tentang perjalanannya selama menjadi Menteri Sosial. Apalagi, sejak awal tahun 2021 atau periode awal ia menjabat, bencana alam banyak terjadi di Indonesia dan ia harus berkeliling ke banyak daerah di Indonesia untuk meninjau lokasi bencana.
“Saya nggak bisa (ketemu semuanya), tapi saya mengerti mereka kehilangan semuanya, keluarga, rumah yang mereka miliki hilang. Yang kehilangan semuanya, banyak sekali,” kata mantan Wali Kota dua periode itu.
Dalam talkshow yang diselingi canda Iman Dwi Hartanto penyiar SS, Risma mengaku selama menjabat sebagai menteri, ia kehilangan berat badan hingga sembilan kilogram.
Ia pun bercerita, bagaimana sulitnya akses ke daerah bencana seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu, saat wilayah itu diterjang banjir bandang dan tanah longsor akibat siklon tropis Seroja.
Sesampainya di lokasi, warga setempat sempat datang berbondong-bondong dengan membawa parang dan ingin menemuinya.
“Saat saya datang, warga datang kepada saya menggunakan parang. Mereka bilang ‘kita ingin ketemu menteri! kita ingin ketemu menteri’. Mungkin karena mereka marah, bencana sudah tiga hari tapi belum mendapat penanganan,” ujarnya.
Risma sendiri melihat, akses menuju lokasi bencana sangat sulit karena banyaknya jalur yang terputus akibat banjir. Sehingga beberapa lokasi harus dilalui menggunakan perahu atau helikopter. Dari sana, ia menyoroti banyak sekali masyarakat yang terdampak bencana alam.
Menurutnya, banyaknya bencana alam di Indonesia tak lepas dari dampak pemanasan global yang melanda seluruh dunia. Menteri yang juga satu dari delapan Mayor di seluruh dunia dalam Global Covenant of Mayors for Climate and Energy itu, menyampaikan, bahwa kota Surabaya sebetulnya adalah daerah yang akan lebih cepat tenggelam terkena dampak pemanasan global dibanding daerah lain. Ini tak lain karena Surabaya berada di daerah pesisir yang dekat dengan laut Jawa.
Sehingga selama menjabat sebagai wali kota, ia dan jajaran pemerintah kota melakukan pembangunan berwawasan lingkungan. Salah satunya dengan membangun banyak taman dan menanam banyak pohon di dalam kota.
“Ini dampak global warming, lalu bagaimana caranya? ya kita antisipasi. Saya sampaikan aja sekarang, dulu tidak saya sampaikan karena takut warga cemas. Sebenarnya yang cepat tenggelam itu Surabaya. Tapi kita sudah antisipasi saat itu. Netherlands (Belanda) itu juga di bawah laut, tapi kenapa mereka relatif tidak terdampak global warming? karena mereka mengantisipasi,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga alam dan lingkungan. Ia mengatakan, pentingnya menanam pohon meski di lahan yang sempit. Karena pohon tidak hanya menghasilkan oksigen, tetapi juga menyimpan cadangan air dan menjaga struktur tanah.
“Petugas BMKG kita ajak muter Surabaya, mereka bilang ‘untuk gempa impact megathrust rasanya enggak, tapi saya belum tahu. Tapi banyak pohon begini, Bu‘. Dan saya tahu ternyata pohon tidak hanya untuk oksigen tapi juga menyimpan air dan juga memperbaiki struktur tanah,” ujarnya.
Dalam siaran berdurasi sekitar setengah jam tersebut, Risma juga menyapa langsung pendengar Suara Surabaya yang sebelumnya adalah ‘warganya’ saat menjabat sebagai wali kota.
Usai siaran di radio, ia kemudian berbincang dengan para kru Suara Surabaya Media di communal space. Ia membagikan kesannya terhadap Kota Surabaya dan berbincang tentang banyak hal. Mulai dari tugasnya sebagai menteri sosial, program-program yang dibuat oleh Kementerian Sosial hingga potensi bencana alam yang akan menjadi pekerjaan rumah (PR) Kemensos ke depan.
Didampingi Errol Jonathans Direktur Utama dan Wahyu Widodo Direktur Bisnis Suara Surabaya Media, perbincangan pagi itu berlangsung sangat cair dan diselingi dengan sesi tanya jawab dengan kru. Sebagai mantan Wali Kota Surabaya, Risma pun juga berpesan agar warga Surabaya dapat untuk terus dapat menjaga kota tercinta ini.
“Untuk seluruh warga Surabaya yang saya cintai, yang kita kerjakan selama 10 tahun itu sudah on the track. Untuk itu mari kita jaga jangan sampai menurun karena global warming luar biasa impact-nya,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan warga Surabaya untuk mematuhi aturan pemerintah untuk tidak mudik untuk ikut mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang selalu naik setelah libur panjang. Karena kenaikan kasus Covid-19 berimbas pada terhambatnya roda ekonomi dan warga juga tidak akan maksimal dalam bekerja.
“Ada larangan mudik dari pemerintah, saya berharap kita bisa jaga itu. Apa artinya kita bisa bertemu tapi saudara kita tertular lalu berakibat fatal karena memang berat pemulihannya itu. Mari jaga bersama, jangan sampai kita drop dengan menjaga disiplin protokol kesehatan,” imbuhnya.(tin/ipg)