Hari Buku Nasional bagi Andik Yulianto, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa) begitu istimewa. Dia tak menyangka, bersamaan momen itu empat bukunya telah terbit.
Selama bekerja dari rumah (work from home/WFH) sejak awal Pandemi Covid-19 sampai beberapa waktu lalu, dia menulis puisi dan kumpulan kata mutiara hikmah secara intensif sampai terkumpul 2.000.
Secara bertahap dia terbitkan puisi dan kata-kata mutiara itu dalam empat buku kumpulan karya. Masing-masing berjudul Romansa Kala Renjana, Sekar Mata Saujana, Renjana Asa Jiwa, dan Romansa Takjil.
Ketika berkunjung ke Suara Surabaya Center, Senin (17/5/2021), dia sendiri sebenarnya tidak sadar kalau hari ini Hari Buku Nasional. “Saya justru diingatkan oleh Mas Isa Anshori (penyiar Radio Suara Surabaya),” ujarnya.
Dia datang ke Suara Surabaya Center untuk bersilaturahmi dengan kru Suara Surabaya. Beberapa kali sebelum pandemi dia telah menjadi narasumber dalam beberapa program Suara Surabaya.
Tidak jarang pula dia arahkan mahasiswa-mahasiswi Unesa yang dia didik ketika menempuh mata kuliah jurnalistik berkunjung ke Suara Surabaya Media untuk melihat langsung proses keredaksian radio.
Andik pun berharap, di Hari Buku Nasional ini semakin banyak karya fiksi maupun non fiksi yang mampu memperluas pengetahuan bangsa Indonesia. Baik berupa buku fisik maupun buku digital.
“Buku di era sekarang, era 4.0 dan 5.0, mulai bergeser ke digital. Penikmat buku semakin mudah mengakses e-book. Tapi menurut saya, ada pengalaman yang tidak bisa didapat saat membaca buku fisik,” ujarnya.
Pada buku yang dicetak secara fisik, menurutnya ada banyak sensasi yang tidak didapatkan ketika membaca buku digital. Dari memilih buku berkualitas di toko buku atau perpustakaan, cara membacanya.
“Dari memilih buku dengan memperhatikan ringkasan di sampul belakang buku, dari covernya, membuka bungkus plastiknya, sampai membuka lembar demi lembar halaman sambil ngopi,” ujarnya lalu tertawa.
Tapi ada juga kelebihan buku digital yang tidak didapat di buku fisik. Pembaca e-book mudah mencari kosa kata, frasa, atau kata kunci yang dibutuhkan untuk keperluan tertentu.
“Misalnya untuk mahasiswa yang sedang skripsi, tentu mencari referensi yang dibutuhkan dari buku-buku digital menjadi sangat mudah. Masing-masing punya kelebihannya,” kata Andik.
Apapun bentuknya, kata dia, fisik atau digital hanyalah format. Dia justru bertanya, mau tidak setiap insan di negeri penuh pengalaman ini berkarya, berbagi pengetahuan, dengan menulis buku?
“Bagi saya, di Hari Buku Nasional ini, itulah pertanyaannya. Semoga tahun ini jumlah buku di Indonesia semakin banyak. Dan seiring bertambahnya jumlah buku, jumlah penikmat buku juga bertambah,” ujarnya.(den/ipg)