Julius Robert von Mayer, dokter dan fisikawan Jerman merumuskan termodinamika dan konversi energi di Kota Surabaya, pada Juni 1840.
Peristiwa tersebut diungkapkan Prof. Dr. Christhard Schrenk, Direktur Badan Arsip Kota Heilbronn, Jerman, saat berkujung ke Radio Suara Surabaya, Jumat (6/10/2017). Prof. Schrenk yang didampingi Dhahana Adi penulis buku Surabaya Punya Cerita, perwakilan Wisma Jerman di Surabaya, diterima oleh Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya Media.
Prof. Schrenk menceritakan, Mayer lulus dari sekolah kedokteran pada usia 25 tahun. Setelah itu dia memutuskan untuk menjelajah dunia dengan menumpang kapal dagang. Kapal itu singgah di Afrika, India, lalu ke Indonesia.
Saat berlabuh di Batavia, sekarang disebut Jakarta, Mayer melihat adanya perbedaan kecerahan warna darah di pembuluh arteri dan vena milik awak kapal yang dia tumpangi. Perbedaan warna tersebut karena perbedaan kadar oksigen dalam darah.
“Darah di vena yang mengandung lebih sedikit oksigen, berwarna lebih cerah daripada darah di vena yang kaya oksigen,” ujar Prof. Schrenk.
Saat itu, Mayer menyimpulkan, saat berada di suhu udara yang lebih panas, manusia membutuhkan lebih sedikit oksigen untuk menghangatkan tubuhnya. Dia membandingkan suhu udara di Eropa dan Indonesia.
Dia meyakini energi kimia, panas, dan gerakan; ketiganya saling berhubungan.
Di samping itu, dia juga merasakan suhu air laut yang berombak, lebih hangat daripada laut yang tenang.
Setibanya di Kota Surabaya, Mayer mengaitkan dua fenomena di atas. Dari sanalah kemudian muncul ide tentang konservasi energi. Hal ini seperti dalam surat yang ditulis Mayer kepada Paris Academy of Sciences, “In 1840, in Surabaya, I discovered the energy conservation set.”
Kemudian, pada tahun 1841, seperti dilansir Wikipedia, Mayer mengucapkan pernyataan yang terkenal mengenai konservasi energi, “Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.”
Pernyataan Mayer tersebut, serupa dengan Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) di kemudian hari, yang berbunyi, “Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan (konversi energi).”
Untuk menandai sejarah penemuan Mayer, Kedutaan Jerman akan meresmikan plakat di Wisma Jerman, Surabaya, Sabtu (7/10/2017).
Sementara, di tempat kelahiran Julius Robert von Mayer di Kota Heilbronn, Jerman, telah berdiri sebuah patung diri. Monumen ini untuk menandai kontribusi Mayer dalam dunia ilmu pengetahuan.
Prof. Schrenk telah meneliti pemikiran dan penemuan Mayer, dan telah menuangkannya dalam buku “Robert Mayer Einsichten/ Erkenntnisse/ Aktualitat”.(iss/ipg)
Teks foto:
1. Prof. Dr. Christhard Schrenk, Direktur Badan Arsip Kota Heilbronn, Jerman,menunjukkan buku karyanya tentang Julius Robert von Mayer.
2. Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya Media saat melihat buku tentang Julius Robert von Mayer.
3. Buku “Robert Mayer Einsichten/ Erkenntnisse/ Aktualitat” yang ditulis Prof. Dr. Christhard Schrenk.
Foto: Ika suarasurabaya.net