Sabtu, 23 November 2024

Si Perusak Ekosistem Alam, Kini Justru Kembangkan Pelestarian Penyu

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Wiyanto Haditanojo. Foto: www.gettyimages.co.nz

Menggeluti aktivitas yang bertolak belakang dengan aktivitas awalnya menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Wiyanto Haditanojo.

Berawal dari tahun 1985, Wiyanto mulai menggeluti usaha berjualan ikan hias. Berbagai cara dilakukan agar bisnisnya berkembang. Meskipun harus merusak terumbu karang hanya untuk mendapatkan ikan hias yang menjadi ladang penghasilannya. Terbukti, usahanya ini berkembang cukup besar hingga tahun 2005.

Sampai akhirnya di satu waktu di tahun 2005, dia mulai berfikir kenapa populasi ikan mulai menurun sehingga menjadi hambatan bagi usahanya. Sampai dia menemukan apa yang menjadi faktor penyebabnya.

Ternyata ikut menurunnya populasi tukik (anak penyu, red) menjadi salah satu faktornya. Penyu dikenal sebagai pemakan ubur-ubur nomor satu. Jika populasi penyu menurun, maka ubur-ubur akan berkembang dengan suburnya. Sehingga ikan-ikan di lautan akan menjadi sasaran yang empuk bagi ubur-ubur yang jumlahnya makin banyak.

“Bahkan saat saya mencari ikan pun, yang banyak didapatkan malah ubur-ubur daripada ikan,” kata Wiyanto saat mengunjungi Suara Surabaya Media, Kamis (10/9/2015) dan ditemui langsung oleh Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya dan Eddy Prastyo Manager New Media.

Hambatan ini benar-benar membuat usahanya terpukul. Sampai akhirnya dia berada pada titik yang membuatnya berpikir untuk menjaga kestabilan populasi penyu di lautan. Pola aktivitasnya pun harus berbalik 360 derajat. Aktivitas merusak sumber daya alam di laut berubah menjadi penyelamatan dengan cara melakukan penangkaran penyu.

Tak pikir panjang. dia memulainya dari tempat tinggalnya tepatnya di Banyuwangi. Usaha meminjam 100 ekor penyu dari sebuah taman nasional di Banyuwangi sebagai langkah awal yang dia lakukan. “Usaha peminjaman tukik ini juga tidak mudah begitu saja. Petugas taman nasional sempat melarang karena ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur,” katanya.

Usahanya yang gigih tidak membuyarkan impiannya. Meskipun dia mengaku bukan anggota pencinta alam tapi dia sangat mencintai alam. Sampai akhirnya dia merintis Yayasan yang diberi nama “Banyuwangi Sea Turtle Foundation”. Di dalam yayasan ini, dilakukan penangkaran penyu untuk kemudian penetasan telur dan pelepasan penyu kembali ke habitatnya.

“Tujuannya hanya satu, ingin melihat penyu-penyu ini berkembang dan populasinya tidak punah,” ujar dia.

Saat itu, banyak masyarakat yang berbondong-bondong berburu penyu. Baik untuk dimakan ataupun hanya dijadikan aksesoris. Namun aktivitas itu cukuplah membantu populasi penyu yang makin hari makin berkurang bahkan hampir punah.

Sejak 2005 memang perkembangan penangkaran penyu ini cukup bagus, namun dia mengaku sempat putus asa di tahun 2015 saat ini. Ratusan bahkan ribuan telur penyu yang baru dibiakkan tidak bisa menetas karena tertutup akar tanaman yang berkembang di pasir laut.

“Penangkaran penyu kan memang kita buat langsung di pasir laut. Tapi karena banyak akar tanaman yang tumbuh akhirnya telur terbungkus akar sehingga menjadi rusak dan tidak bisa menetas. Moment ini membuat saya putus asa dan harus menemukan solusinya,” ungkap dia.

Hambatan yang membuat dia terpuruk ini tak gentar dihadapinya. Bahkan dia mempunyai impian besar akan membuat sebuah museum penyu di Banyuwangi. Museum ini menjadi salah satu cara mengemas konservasi penyu dengan kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, pengamatan dan penyelamatan.

Nantinya, dengan adanya museum ini dia berharap ada dukungan dari banyak pihak baik dari masyarakat maupun pemerintah setempat.

Perlu diketahui, di dunia ada tujuh jenis penyu. Dan enam jenis di antaranya ada di Indonesia dan empat di antaranya ada di Banyuwangi. Empat jenis penyu itu antara lain Penyu Belimbing, Penyu Hijau, Penyu Lekang, dan Penyu Sisik. (dwi/ipg)

Teks Foto:
– Penangkaran tukik yang dilakukan oleh “Banyuwangi sea turtle foundation”
Foto: website “Banyuwangi sea turtle foundation”

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs