Gelaran Jazz Traffic Festival (JTF) di Grand City Convex pada 14 dan 15 September mendatang akan menjadi yang ke-11 kali. Selama lebih dari satu dekade, berbagai artis Indonesia, baik lokal maupun nasional sudah lalu lalang manggung di festival jazz terbesar di Kota Surabaya bahkan Jawa Timur (Jatim) itu.
Karenanya, Suara Surabaya (SS) Media selaku penyelenggara berharap Jazz Traffic bukan sekedar hanya jadi festival tahunan, tapi juga budaya masyarakat Kota Surabaya. Irma Widya Ketua Pantia JTF mengatakan, harapan tersebut tergambarkan dari tema yang diusung tahun ini, yaitu “Feel the Culture, Create the Memories.”
“Jadi setelah menonton Jazz Traffic dan para penonton itu pulang, mereka membawa memory (ingatan/kenangan) yang tidak akan terlupakan,” ujarnya, Kamis (18/7/2024) malam.
Apalagi, kata Irma, dengan Jazz Traffic yang tahun ini comming home di Grand City Convex setelah pada dua edisi sebelumnya digelar di tempat-tempat lain, tentu akan semakin mengobati rasa rindu para penonton.
“Siapa sih yang nggak tau Grand City lokasinya ada di tengah kota. Kemudian kita mencari transportasi mudah, cari fasilitas-fasilitas lain mulai dari kita mau snacking, mau makan, mau ibadah, itu sangat mudah dan pastinya nyaman. Gak panas-panasan,” bebernya.
Sementara soal tema Feel the Culture, dia menjelaskan kalau di Surabaya, nonton konser atau festival seringkali dilakukan dengan ramai-ramai atau bersama banyak orang. Hal itu juga didukung berbagai promo pembelian tiket yang sudah digaungkan untuk para penggemar.
“Budaya nonton rame-rame. Nah itu yang secara luasnya pengen ditonjolkan di JTF, yang pengen ditampilkan,” ujarnya.
Selain itu, upaya lain mendorong Jazz Traffic sebagai budaya festival di Surabaya juga diperlihatkan dengan serangkaian gelaran Jazz Traffic on the Move (JTOM), yang pada Jumat (19/7/2024) besok, dihelat di Pos Bloc Kebon Rojo kawasan Kota Lama Surabaya. JTOM selain sebagai acara road to untuk JTF, juga dimaksudkan sebagai wadah para musisi Surabaya.
Nuryadi PIC Creative Jazz Traffic Festival menambahkan, JTF diharapkan menjadi jujukan masyarakat yang ingin mengetahui budaya festival musik di Kota Surabaya.
“Jadi kalau ingin tahu budaya festival musik di Surabaya itu adalah Jazz Traffic, yang di dalamnya ada musik jazz dan genre-genre lain,” ucapnya.
Terakhir, gelaran ke-11 tahun ini juga diharapkan dapat menjadi bridging new era. Artinya dapat menjembantani generasi-generasi baru dengan generasi senior atau sebelumnya. Hal tersebut, tambah Yadi, juga terlihat dari line up JTF tahun ini yang multigenre juga multigeneration.
“Harapannya kita pengen si Jazz Traffic Festival ini sebagai bridge-nya antara yang generasi senior bisa mengetahui dan bisa memahami musik masa kini. Dan teman-teman yang new generation itu bisa mempelajari dan bisa menikmati juga musik-musik jazz dan itu yang dianggap musik-musiknya orang-orang senior nah ini culture itu yang pengen kita bangun,” tutupnya. (bil/ham)