Sabtu, 23 November 2024

The Future Is Now, Masa Depan Jazz di JTF 2018

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Bubi Chen maestro jazz asal Surabaya saat tampil bersama Sierra Soetedjo di Jazz Traffic Festival 2011. Penampilan Bubi Chen yang sudah berusia senja dan dalam kondisi kesehatan sempat memburuk, mendapat aplause penonton waktu itu. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Pada tanggal 25 dan 26 Agustus 2018 mendatang, lebih dari 400 musisi akan menampilkan lebih dari 50 pertunjukan musik terbaik di panggung Jazz Traffic Festival (JTF) 2018.

Mereka adalah musisi dari berbagai generasi yang akan tampil tidak hanya untuk menyapa dan menghibur pecinta musik jazz, tapi untuk semua pecinta musik di Tanah Air.

Errol Jonathans Chairman IndiHome Jazz Traffic Festival 2018 yang juga Direktur Utama Suara Surabaya (SS) Media, sebagai entitas penyelenggara JTF sejak 2011 silam, mengatakan, regenerasi musik jazz sedang terjadi.

“Saya menyebutnya, The Future is Now. Masa depan musik jazz dan masa depan JTF sebagai ajang musik jazz Tanah Air sudah terlihat dari sekarang,” ujarnya.

Ada Jazz Traffic All Stars berisi musisi-musisi senior seperti Indra Lesmana, Idang Rasjidi, Dewa Bujana, dan Syaharani, serta musisi muda seperti Sri Hanuraga, Indra Gupta, dan Sandy Winarta menampilkan pertunjukan “Tribute to Bubi Chen”.

“Ini akan menjadi momen spesial di JTF 2018. Bubi Chen adalah ikon jazz Tanah Air yang berperan besar mengasuh program Jazz Traffic di Radio Suara Surabaya selama kurang lebih 25 tahun,” ujarnya.

Sejak 1985 silam, Bubi Chen melalui salah satu program jazz di radio, yang tergolong paling konsisten di Tanah Air, memikirkan regenerasi musik jazz Tanah Air: Bagaimana mendekatkan jazz ke anak muda?

“Jazz Traffic berdiri sebagai bentuk konsistensi SS memilih musik bermutu. Tapi Bubi Chen pernah bilang, tidak ada musik bagus atau jelek. Yang ada musik yang kamu suka atau tidak kamu suka,” ujarnya.

Melalui jazz traffic, perjuangan Bubi Chen meregenerasi musik jazz cukup panjang. Edukasi dan sosialisasi dimulai dengan mengenalkan jazz rock dan fussion sebagai pendekatan kepada anak muda.

Pelan-pelan, program ini mulai mengenalkan apa itu jazz mainstream, jazz alternatif, serta genre-genre jazz yang bisa dikatakan lebih “serius”, dan mulai bisa diterima khalayak musik Surabaya.

Helatan JTF pertama kali pada 2011 lalu menjadi wujud mimpi Bubi Chen mengenalkan musik jazz kepada pecinta musik di Surabaya. Bahkan, almarhum, yang saat itu kondisi fisiknya mulai menurun, tampil untuk merayakannya.

“Waktu itu, saya ingat, Bubi Chen sudah sakit. Beliau tampil di panggung JTF pertama itu dengan kaki yang sudah diamputasi,” kata Errol membuka kembali sejarah JTF.

Jazz Traffic All Star Tribute to Bubi Chen seolah menjadi perwujudan mimpi Bubi Chen untuk memunculkan generasi-generasi baru musik jazz di Tanah Air.

Tidak hanya tiga nama musisi muda yang sudah disebut di atas, bintang musisi jazz muda lainnya juga akan mewarnai panggung JTF kali ini. Dia adalah Barry Likumahuwa.

Pada JTF 2017 lalu, Barry tampil bersama Benny Likumahuwa ayahnya. Dua entitas mewakili dua zaman itu menjadi bukti, regenerasi musisi jazz tanah air memang sudah terjadi.

“Kali ini ada Shadu Rasjidi yang tampil dengan grupnya. Shadu itu anaknya Idang Rasjidi, musisi jazz senior. Jadi, regenerasi itu berjalan smooth, sangat alami,” kata Errol.


Ribuan penonton Jazz Traffic Festival di Grand City Surabaya larut menikmati pertunjukan yang disuguhkan para musisi. Foto: Suara Surabaya Media

Sejumlah musisi muda lainnya akan tampil dalam Jazz Muda Indonesia. Musisi muda juga tergabung dalam band pemenang MLD Jazz Wanted 2018 yang akan mengiringi Abdul dan Marion Jola, dua penyanyi Indonesian Idol.

Errol Jonathans berpendapat, JTF telah berhasil menjadikan jazz sebagai Ikon Suara Surabaya dan menjadi salah satu ikon Kota Surabaya.

Dari program siaran ikonik Jazz Traffic, sampai perhelatan JTF yang sudah kedelapan kalinya akan digelar, Suara Surabaya dia anggap berhasil meyakinkan generasi muda bahwa jazz adalah sesuatu.

“Saya hanya berharap, lebih banyak musisi jazz Tanah Air yang mulai world wide, Go International. Dulu ada Bubi Chen yang secara mengejutkan tampil di Berlin Jazz Festival tahun 1965. Mustinya lebih banyak lagi,” ujarnya.

Ada grup Krakatau yang digawangi Gilang Ramadhan, Indra Lesmana, dan kawan-kawan, yang juga sudah melanglang buana. Sampai Joy Alexander musisi jazz belia peraih dua nominasi Grammy Award yang kini tinggal di Amerika Serikat.

“JTF saya yakin juga berperan untuk ini. Pada Jazz Traffic berikutnya kami akan menyertakan lebih banyak lagi musisi-musisi internasional,” ujar Errol.

Namun, ada beberapa hal yang tidak dia harapkan terjadi di masa depan. Jazz jangan sampai menjadi sekadar brand atau status sosial seperti yang telah terjadi pada 1980-an silam.

Pada tahun 1980-an lalu, ada masa di mana orang menganggap jazz sebagai musik yang berkelas, tapi tidak tahu bagaimana cara mengapresiasinya.

“Istilahnya snob (sombong). Penikmat jazz saat itu menganggap musik lain selera rendah, tapi mereka tidak tahu apa itu jazz. Perkembangan pesat sekarang jangan sampai seperti itu,” ujarnya.

Maka misi JTF yang lain adalah membangun daya apresiasi masyarakat terhadap musik jazz. Seiring bergulirnya perhelatan JTF dari tahun ke tahun, Errol melihat daya apresiasi itu sudah mulai terbangun.

Tentang Jazz Traffic

Jazz Traffic adalah sebuah program siaran di Radio Suara Surabaya yang mengudara sejak tahun 1983. Adalah Bubi Chen sang virtuoso musik jazz internasional dari Surabaya pernah ikut mengasuh siaran Jazz Traffic sejak tahun 1985 sampai wafat pada tahun 2012. Om Bubi, sapaan Bubi Chen, diberi slot siaran program Jazz Traffic “Bubi Chen Show” seminggu sekali.

Siaran Jazz Traffic kini tidak hanya memperdengarkan komposisi-komposisi jazz, tapi juga mengapresiasi musisi dan mengenalkan sub genre Jazz Tradisional hingga Free Jazz dan Acid Jazz. Selama 35 tahun mengudara, Jazz Traffic telah membentuk komunitas-komunitas jazz yang solid, tidak hanya di Kota Surabaya, tapi juga kota-kota lain di Indonesia. Sementara itu event Jazz Traffic Festival (JTF) digelar Suara Surabaya sejak tahun 2011, berturut-turut setiap tahun hingga 2018 ini.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs