Sabtu, 23 November 2024

Tembakau Lumajang Terserang Layu Fusarium Imbas Lanina

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Fenomena Lanina atau hujan di musim kemarau, membawa dampak signifikan terhadap produktivitas tembakau di Lumajang. Terjadinya hujan saat ini menyebabkan komoditi tembakau yang dikembangkan di luasan lahan mencapai 2.300 hektar mengakibatkan serangan penyakit.

Drs Mahmud Kepala Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Kamis (11/8/2016) mengatakan, bahwa fenomena lanina dengan masih tingginya curah hujan mengakibatkan terjadinya genangan air di lahan-lahan budidaya tembakau yang menyebar di berbagai wilayah kecamatan. Potensinya hampir merata di wilayah Kecamatan Tempeh, Sumbersuko, Kunir dan wilayah kecamatan lainnya.

Luasan budidaya tembakau jenis barley mencapai 1500 hektar, kasturi seluas 600 hektar dan sisanya 200 hektar untuk jenis krosok dan tembakau rajangan lokal. “Akibat genangan air di lahan budidaya tembakau ini, maka dampaknya adalah serangan penyakit Layu Fusarium,” katanya.

Penyakit ini menyerang daun tembakau yang langsung layu menguning, kemudian permanen hingga akhirnya membusuk dan mati. “Serangannya tejadi di wilayah Tumpeng dan daerah dengan kondisi drainase air yang jelek. Serangannya terdiri dari spot-spot yang diatasi dengan memperbaiki drainase,” ujarnya.

Mengacu fenomena iklim yang terjadi saat ini, Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang mencoba untuk menerapkan sistem mulsanisasi guna mengatasinya. Mulanisasi ini untuk mengantisipasi kondisi iklim ekstrem yang sama dengan lanina. “Apalagi kalau nantinya petani tembakau di Lumajang yang jumlahnya hampir 3 ribu ini, sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pabrikan,” katanya.

Sedangkan untuk penyakit lainnya, yang ditemukan adalah masih adanya ulat jengkal yang menyerang tanaman tembakau di spot-spot tertentu. Namun serangan ulat ini masih bisa teratasi dengan penyemprotan pestisida. “Selain itu ada juga keriting pada daun yang juga masih bisa teratasi. Yang cukup banyak adalah layu fusarium,” tambahnya.

Dampak serangan penyakit ini, mengakibatkan produktivitas tembakau juga merosot. Ditambah lagi kondisi iklim yang saat ini curah hujannya tinggi, menyebabkan produktivitasnya tidak optimal juga.

Terlebih musim tanam tahun ini juga mundur. Yang biasanya telah melakukan penanaman pada bulan Mei hingga Juni, ternyata sampai bulan Agustus ini ada yang baru mulai menanam. Dari pemantauan Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang, saat ini hasil produktivitas panennya juga menurun.

“Dari yang biasanya tingkat produktivitas perhektarnya mencapai 2 ton, saat ini rutin hingga 5 kwintal menjadi 15 kwintal saja. Itu penurunan rata-rata produktivitas panen akibat dampak dari Fenomena Lanina ini,” katanya.

Dengan kondisi tersebut, pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap petani yang menjalin kerjasama dengan pabrikan. Agar menaklukkan penanaman dengan tehnologi yang bagus, menata drainase dan menggunakan tehnologi gulutan.

“Jika bulan Agustus ini di tanam, banyak pabrikan yang meragukan hasil pasca panennya nanti. Kalau tidak ditangani dengan baik maka mutunya jelek, spalagi dengan curah hujan yang masih tinggi. Sampai bulan agustus yang seharusnya mencapai 1.000 hektar lebih, karena mundur maka tidak bisa dicapai secara maksimal. Untuk harga, saat ini masih berada di kisaran Rp45 ribu perkilogram dan ini masih ideal kalau petani bisa memperbaiki kualitas tanamnya,” ujarnya.

Dengan Fenomena Lanina ini, potensi produksi tembakau merosot karena dipicu homogenitas yaitu keseragaman tanaman jika dilihat dipucuk itu tidak seragam. “Itu juga mengurangi produktivitas hasil panen, karena susutnya bisa mencapai 10 persen. Namun mudah-mudahan didongkrak dengan harga,” kata Mahmud. (her/iml)

Teks Foto :
– Tanaman tembakau yang terserang penyakit layu fusarium.
Foto : Ist.

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs