Pasca meningkatnya status vulkanik Gunung Bromo dari waspada menjadi Siaga, belum ada ancaman yang terlihat sejauh ini. Menurut pantauan, belum ada lontaran batuan pijar dari kawah Bromo yang membahayakan, termasuk hujan abu yang dikhawatirkan berdampak luas.
I Gede Suantika Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Berapi PVMBG (Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi) Bandung kepada Sentral FM, Senin (26/9/2016), mengatakan bahwa hujan abu belum menyembur keluar karena aktivitas yang saat ini terjadi merupakan gejolak dari dapur magma.
”Tapi kalau desakan energi dari dapur magma sudah terlepas keluar, maka dampaknya adalah terjadinya semburan asap bercampur material vulkanik berupa debu. Tapi sampai hari ini memang belum muncul,” katanya.
Ancaman hujan abu ini, memang terjadi sangat massive dari siklus erupsi gunung dengan ketinggian 2.329 meter diatas permukaan laut tersebut. Pasalnya, jika abu menyembur dari dapur magma Gunung Bromo dan terbawa angin dengan radius yang cukup jauh, bisa berdampak kerugian. Terutama yang dialami para petani yang mengelola lahan di seputaran gunung tersebut.
Kondisi itu berulang-kali pernah dialami petani Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang yang wilayahnya berada di lereng Bromo dan berbatasan langsung dengan kaldera (lautan pasir, red). Buktinya, erupsi Gunung Bromo beberapa waktu lalu, mengakibatkan petani suku tengger di Desa Argosari mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
Kerugian tersebut melanda lahan pertanian yang ditanami kentang, bawang daun dan wortel rusak akibat tertutup abu vulkanik Gunung Bromo.
Hendro Wahyono Plt Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang mengatakan, dari inventarisasi yang dilakukan instansinya, dampak erupsi Guung Bromo beberapa waktu lalu menyebabkan puluhan hektar lahan pertanian kentang rusak parah dan gagal panen. Kerugian per hektarnya mencapai Rp. 50 juta.
“Meskipun begitu, ada beberapa hektar lahan kentang yang masih bisa dipertahankan karena kerusakan di lahan tersebut tidak terlalu parah,” kata Hendro.
Sementara itu, untuk lahan pertanian kubis, kerusakan parah terjadi di lahan seluas 5 hektar dan dipastikan mengalami gagal panen. Namun, kerugian lahan pertanian kubis per hektarnya yang sebesar puluhan juta tidak sebesar lahan kentang.
“Sehingga total kerugian akibat dampak abu Gunung Bromo yang dialami petani tengger di Desa Argosari mencapai ratusan juta rupiah,” ujarnya.
Untuk ancaman hujan abu Gunung Bromo yang terjadi akibat erupsi di Wilayah Lumajang, menyebar di beberapa desa dan kecamatan yang berbatasan dengan kaldera.
“Ada sejumlah Desa di 4 Kecamatan, diantaranya Senduro, Gucialit, Pasrujambe dan Ranuyoso yang diguyur hujan abu Gunung Bromo, saat semburan asap yang bercampur debu vulkanik dihembus angin ke arah timur dan tenggara. Dan wilayah yang terdampak cukup parah memang di Desa Argosari, Kecamatan Senduro,” katanya.
Kali ini, setelah mendapatkan informasi dari PVMBG terkait peningkatan status Gunung Bromo dari Waspada menjadi Siaga, Senin (26/9/2016) pukul 06.00 WIB, BPBD Kabupaten Lumajang langsung mengerahkan Tim Reaksi Cepat (TRC) Bencana ke Desa Argosari, Kecamatan Senduro untuk memantau situasi dan kondisi di sana.
“Lima Orang personel TRC kita turunkan sejak pagi tadi ke Desa Argosari. Tujuannya, selain untuk memantau situasi dan kondisi di sana, juga melakukan sosialisasi kepada warga Desa setempat atas peningkatan status vulkanik Gunung Bromo ini. Paling tidak, warga termasuk petani Suku Tengger di sana bisa melakukan antisipasi untuk mewaspadai potensi bahaya dengan ancaman erupsi Gunung Bromo,” ujarnya.
Ancaman yang patut diwaspadai, lanjutnya, adalah potensi hujan abu yang bisa merusak lahan pertanian. “Apalagi, saat ini lahan sayuran di Desa Argosari juga dalam kondisi tanam. Jadi warga bisa bersiap-siap melakukan upaya ketika terjadi hujan abu, sehingga tidak terjadi kerugian yang besar. Kami juga memastikan stok masker yang ada di Desa masih cukup jika terjadi hujan abu,” kata Hendro Wahyono. (her/tit/ipg)
Teks Foto :
– Panorama Gunung Bromo dilihat dari Puncak B-29 di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM