Sapi impor saat ini sudah beredar di pasaran dalam negeri, khususnya di kota-kota besar. Kondisi ini sangat berdampak terhadap tingkat penjualan dan permintaan terhadap sapi lokal di daerah, khususnya dari Lumajang.
Drh Gatot Subiyantoro Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (9/8/2016) mengatakan, bahwa permintaan sapi potong lokal dari peternak Lumajang ke berbagai kota besar, khususnya DKI Jakarta saat ini merosot.
Kondisi ini tercatat dari permintaan yang telah dipenuhi peternak sampai semester pertama tahun 2016, yang jumlahnya anjlok menjadi 13 ribu ekor. “Data ini sesuai catatat pengeluaran sapi potong dari Lumajang yang dikirim ke luar daerah, terutama ke DKI Jakarta sejak bulan Januari hingga Juni,” kata Gatot.
Padahal pengiriman sapi potong ke luar daerah di semester pertama tahun sebelumnya bisa mencapai 15 ribu ekor. Kondisi ini terjadi karena permintaan dari pengepul dan RPH di kota besar berkurang.
Gatot mangatakan, kemampuan penjualan sapi potong lokal dari Lumajang ke kota besar pertahunnya bisa mencapai 22 ribu ekor. Dengan pengiriman komoditi dilakukan setiap minggu 3 kali, disesuaikan dengan hari pasaran ternak.
“Skema perdagangannya, ada pengepul yang langsung membeli ternak sapi potong ke peternak di pasar heran. Selanjutnya komoditi ini dikirimkan ke daerah tujuan, karena pengepul sudah bekerjasama dengan pengusaha potong hewan di sana,” katanya.
Menurunnya permintaan ini, penyebabnya karena masuknya sapi impor ke pasaran. Sehingga permintaan dan pemotongan sapi lokal jadi berkurang. Kondisi itu ditandai dengan aktivitas penggemukan sapi impor oleh pengusaha di kota-kota besar, yang sejauh ini sudah rutin memasok kebutuhan daging ke pasaran.
“Peluang impor sapi yang masuk inilah, berdampak terhadap berkurangnya permintaan sapi lokal dari daerah. Kondisi ini juga dirasakan oleh peternak sapi Lumajang, sedangkan untuk pengaruh terhadap peternak adalah menyangkut investasi dari para peternak juga berkurang,” ujarnya.
Tidak banyak peternak yang melakukan investasi untuk memelihara bibit sapi, guna dipersiapkan penggemukan dan dijual ke luar daerah seperti sebelumnya. “Karena peternak juga berpikir, kalau investasi yang dikirimkan ke luar daerah itu sedikit maka yang terjadi adalah merugi. Untuk itu, peternak memilih menahan investasinya sehingga saat ini memelihara secukupnya saja,” kata Gatot.
Apalagi saat ini kondisi harga jual ternak sapi lokal jatuh dipasaran kota besar. Dari yang sebelumnya harga sapi perekor berat karkas bisa mencapai Rp17 juta, saat ini menurun Rp500 ribu. “Saat ini harga sapi potong lokal di DKI Jakarta berkisar Rp16,5 juta saja. Menurun Rp500 ribu ini karena dampak dari intervensi masuknya sapi impor ke pasaran” katanya.
Namun, ia memastikan kondisi ini tidak akan mempengaruhi terhadap populasi ternak sapi potong di Lumajang. Karena popupasi ternak sapi potong dari data yang ada, masih mencapai 184 ribu ekor. Seluruh populasi ternak ini, dikembangkan merata di 21 wilayah Kecamatan.
“Khusus untuk komoditi ternak yang dikhususnya dijual, dikembangkan oleh para peternak dengan sistem rumahan oleh Rumah-Tangga Peternak (RTP) di luar sapi indukan yang memang digunakan untuk mengembangkan populasi,” kata Gatot Subiyantoro. (her/iml/dwi)