Sabtu, 23 November 2024
Dinas Pertanian Pastikan Produktivitas Komoditi Kedelai Tahun Ini Anjlok

Rawan Puso Imbas Lanina, 1500 Hektar Lahan Kedelai Dialihkan Tanam Padi

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Fenomena Lanina atau hujan yang terjadi di musim kemarau kali ini, membawa dampak berubahnya pola tanam petani di Kabupaten Lumajang. Sekitar 1500 hektar lahan yang seharusnya ditanami kedelai, terpaksa harus dialihkan untuk menanam komoditi padi.

Ir Paiman Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (2/8/2016) mengatakan, pola tanam kedelai yang seharusnya tahun ini maksimal. Dibudidayakan di lahan seluas 2 ribu hektar, hanya mampu ditanam di lahan seluas 500 hektar saja.

“Ini dampak dari fenomena Lanina, karena hujan masih terjadi. Sehingga kalau dipaksakan, maka tanaman kedelai tidak akan optimal hasilnya dan rawan gagal panen. Untuk itu, 1500 hektar lahan kedelai di beberapa wilayah Kecamatan, diantaranya Yosowilangun, Kunir, Tempeh dan lainnya terpaksa kembali menanam padi,” kata Paiman.

“Kondisi ini berdampak terhadap target produktivitas kedelai yang perhektarnya bisa menghasilkan rata-rata 1,5 ton. Target produktivitas kedelai pertahunnya, jika dikalkulasikan rata-rata hasil panen dengan luasan lahan 2.000 hektar, maka bisa menghasilkan mencapai 3 ribu ton,” katanya.

“Namun dampak Lanina ini berpotensi menurunkan produktivitas panen kedelai tahun ini sampai 2.250 ton. Ini tidak bisa dihindari, karena faktor alam yang disebabkan cuaca dan musim. Maksimal produktivitas panen kedelai tahun ini hanya 750 ton saja,” tambahnya.

Hanya saja alih tanam kedelai petani ini juga mengakibatkan surplus dari sektor komoditi padi. Pasalnya, petani melakukan alih tanam ke padi sehingga produktivitas panennya tahun ini dipastikan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hal ini karena lahan yang seharusnya ditanami kedelai, kembali dialihkan ke padi. Apalagi, petani hanya menanam kedelai sekali pertahun. Namun curah hujan masih tinggi. Hari ini (2/8/2016) di wilayah Kecamatan Tempeh juga masih terjadi hujan,” kata Paiman.

“Gejala Lanina ini, sesuai dengan prakiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) dirasakan mulai Juli hingga September mendatang. Dengan kondisi ini, tidak diupayakan untuk memacu petani untuk menanam kembali komoditi kedelai,” katanya

Padahal, pola tanam kedelai seharusnya sudah dilakukan bulan Mei hingga panen Juli dan Agustus ini. Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang cukup mengkhawatirkan fenomena Lanina ini, yang akan mengakibatkan mahalnya harga komoditi kedelai di pasaran karena stok hasil panen petani turun.

“Ini kalau dilihat dari suplai hasil petani di Lumajang. Namun pasaran di Lumajang mendapatkan stok kedelai dari daerah lainnya. Kekhawatiran kami, karena hari-hari ini kami memantau harga kedelai masih stabil di Rp. 6.500 perkilogramnya,” kata Paiman.

“Jika pola tanam komoditi pertanian lainnya juga ikut berubah akibat fenomena Lanina ini. Diantaranya cabai dan tomat. Saat ini petani belum banyak yang berani menanam kedua komoditi ini, karena curah hujan masih tinggi dan rawan gagal panen,” katanya

“Tapi untuk berapa luas lahan tanam cabai dan tomat, kita masih inventarisir di 21 Kecamatan. Termasuk dampaknya bagi pasar. Sementara ini, harga cabai turun karena banyaknya pasokan dari daerah lain,” tambahnya. (her/iml/dwi)

Teks Foto :
– Lahan kedelai di Lumajang yang saat ini optimal ditanami padi karena dampak fenomena Lanina.
Foto : Sentral FM.

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs