Ratusan hektar sawah yang berada di Desa Bulurejo, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang tergenang banjir yang diakibatkan meluapnya aliran air di muara sungai Kalimati. Akibatnya, 121 hektar lahan pertanian dengan tanaman padi yang masih berumur sebulan pun terendam air hingga ketinggian 60 centimeter.
Drs Rasmin Camat Tempursari kepada Sentral FM, Jumat (16/9/2016), mengatakan bahwa genangan banjir yang diakibatkan meluapnya aliran sungai yang berhulu di sungai Ngerawan dan sungai Tiri ini, meluap juga hingga ke pemukiman warga di Desa Bulurejo dan Tempurejo.
“Jumlah rumah yang tergenang banjir hingga ketinggian 60 centimeter juga cukup banyak. Untuk jumlah KK rumah warga yang tergenang banjir ini, masih kami lakukan pendataan. Banjir ini disebabkan aliran sungai yang diakibatkan curah hujan yang cukup tinggi sejak beberapa hari terakhir, tidak bisa mengalir ke laut dari muara sungai Kalimati,” katanya.
Kondisi laut selatan di wilayah Kecamatan Tempursari juga mengalami gelombang pasang. Sedangkan, sedimen pasir yang ada di pantai juga menutupi muara sungai Kalimati. Kondisi itulah yang menyebabkan aliran air tidak terbuang ke laut karena besarnya ombak dan sedimen pasir yang menutupi muara sungai.
Aliran air akhirnya kembali menggenangi sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) tersebut. Begitu juga dengan air laut yang disebabkan hempasan gelombang pasang, turut menggenangi lahan sawah dan pemukiman warga.
“Sehingga air mencari tempat yang lebih rendah. Aliran air kembali secara terkendali lalu meluap masuk ke sawah, pemukiman dan jalan. Terbukti, jalan Desa Bulurejo juga terputus karena terkikis aliran air yang cukup deras,” ujarnya.
Banjir yang oleh masyarakat setempat disebut dengan fenomena njabeg ini, terjadi semakin parah setelah sejak kemarin curah hujan di wilayah Kecamatan Tempursari kembali tinggi. “Sebelumnya genangan air sudah mulai surut, tapi kemarin karena curah hujan tinggi lagi menyebabkan genangan air kembali naik,” ujarnya.
Akibat banjir ini, Rasmin juga menjelaskan, seluruh lahan pertanian milik warga yang tergenang dipastikan gagal panen atau puso. Sebab, seluruh tanaman padi yang masih berumur sebulan rusak dan mati. Kerugian yang dialami petani juga cukup besar, nilainya mencapai Rp726 Juta.
“Nilai kerugian ini sudah kami singkronkan dengan laporan dari UPT Dinas Pertanian dan dari Kelompok Tani (Poktan). Saat ini, kami masih terus melakukan pendataan jika masih ada kerugian lainnya, termasuk akses jalan yang putus akibat banjir,” ujarnya.
Untuk mengatasi banjir yang selalu terjadi di wilayah Kecamatan Tempursari ini, aparatur Kecamatan setempat mengerahkan 200 warga Dusun Karang Menjangan bersama unsur TNI/Polri, untuk melakukan kerja bhakti menyudet aliran muara sungai Kalimati. Warga dengan peralatan manual, mengeruk sedimen pasir di muara sungai tersebut, guna mengalirkan air sungai langsung ke laut.
“Kerja bhakti untuk membedah pasir di sekitar muara Kalimati kami lakukan sejak kemarin. Sampai hari kerja bhakti masih belum selesai. Kegiatan ini sebagai upaya jangka pendek untuk mengatasi banjir. Selain itu, kami juga telah membuat telaah dan akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Lumajang guna memformulasikan penanganan jangka panjang guna mengatasi banjir ini secara permanen,” ujarnya. (her/ipg)
Teks Foto :
– Banjir yang menggenangi ratusan hektar sawah dan permukiman warga di wilayah Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM