Pusat Penelitian Kopi dan kakao Indonesia (Puslitkoka) mengapresiasi pengembangan kopi lereng Semeru yang disebut Kolesem. Dimana, budidaya kopi di lahar yang berada di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut sangat potensial. Bahkan, kopi Lumajang, baik jenis arabica maupun robusta memiliki citarasa tersendiri yang berbeda dengan kopi daerah lainnya.
Hal ini disampaikan Ir H Yuswanto Kepala Puslitkoka Indonesia di Lumajang, Kamis (13/10/2016). Dikatakannya, Puslitkoka Indonesia telah melakukan penelitian terhadap 35 sampel kopi yang dikembangkan petani Lumajang di lereng Gunung Semeru.
Sampel kopi tersebut, terdiri dari 31 sampel kopi jenis robusta dan 4 sampel kopi jenis arabica. Dan dari hasil uji yang dilakukan di laboratorium Puslitkoka Indonesia di Jember, kopi Lumajang memiliki citarasa yang khas.
“Terutama kopi arabica yang banyak ditanam di atas ketinggian 1.000 mdpl. Saya titip pesan, agar pengembangan kopi arabica ini ditingkatkan. Kami siap mendampingi petani dalam aspek pra panenmaupun pasca panen. Karena harga kopi arabica Lumajang yang baik kualitasnya bisa naik 2 sampai 3 kali lipat dari harga sekarang,” katanya.
Dimana untuk kopi arabica hasil panen petani Lumajang, harga jual saat ini masih berkisar Rp. 40 ribu lebih perkilogramnya. Dan penjualannya juga melalui pengepul yang langsung membawa produk komoditinya keluar dalam bentuk mentah. Setelah berada di fabrikasi, kopi Lumajang kemudian dikemas dengan branding tertentu.
Dengan kondisi ini, Yuswanto juga menyayangkan, karena besarnya potensi komoditi kopi Lumajang akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jika memiliki branding sendiri. Dan ia menyebutkan, upaya untuk melekatkan komoditi kopi Lumajang dengan sebutan Kopi Lereng Semeru atau Kolesem, merupakan upaya yang strategis untuk memperkenalkannya.
Selanjutnya, ia juga memastikan jika Puslitkoka Indonesia akan membantu para petani Lumajang untuk membuka pasar bagi kopi mereka. Tidak hanya untuk pasar domestik saja, namun juga akan disupport ke pasar ekspor.
“Kami siap menghubungkan dengan eksportir. Kami akan memberikan support bagi ekspor kopi Lumajang ini ke luar negeri. Dalam pengembangannya nanti, prinsipnya kami juga siap untuk mendampingi petani,” kata Yuswanto.
Sementara itu, Mahmud Hadi Kepala Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang menyampaikan, kopi Lumajang sebagai salah-satu komoditi unggulan strategis karena memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor, saat ini dalam tahapan pengembangan. Di Lumajang, luasan lahan budidaya kopi mencapai 4.500 hektar.
“Dengan hasil produksi pertahun mencapai 1.800 ton yang menyumbang 4,5 persen produk komoditi kopi Jawa Timur. Namun potensi besar komoditi kopi Lumajang yang terus kembangkan ini, menghadapi berbagai tantangan,” ujarnya.
Tantangannya, masih menurutnya, diantaranya kopi Lumajang kurang dikenal luas di pasaran regional maupun nasional. Karena kopi Lumajang selama ini dipasarkan melalui pengepul di Malang dan Jember. Sehingga kopi Lumajang dikenal sebagai kopi asal lahan yang dijual dengan harga relatif murah.
“Untuk itu, diperlukan upaya perbaikan produk yang bermutu dan konsisten, pengenalan kopi Lumajang agar bisa mengangkat citra kopi Lumajang agar dapat bersaing di pasar regional maupun global,” kata Mahmud Hadi.
Di bagian lain, Widodo, pemilik kafe Begog di Jl. MT Haryono, Kelurahan Jogoyudan, Kecamatan Kota Lumajang menyampaikan, jika citarasa kopi Lumajang yang banyak dibudidayakan di lereng Gunung Semeru tidak kalah dengan kopi daerah lain. Bahkan menurutnya, kopi Lumajang memiliki tasted tersendiri yang berbeda dengan kopi daerah lainnya.
“Ini menjadi keunggulan seharusnya. Sayang, kopi Lumajang belum memiliki nama. Padahal, di daerah lain justru banyak yang mencari. Tapi ya itu tadi, dibranding sendiri oleh mereka. Sehingga nama kopi Lumajang atau kopi lereng Semeru tidak muncul,” ujarnya.
Untuk itu sebagai pengelola kafe, Widodo memiliki inisiatif untuk mengembangkan kopi Lumajang dengan membina petani di wilayah Kecamatan Pasrujambe. Dan hasil panen dari petani, diolah serta di kemas dengan branded kafenya untuk diperkenalkan kepada para pelanggan.
Apalagi, kafe miliknya juga kerap kali didatangi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lumajang. “Ini kami mulai dari kecil dulu. Yang terpenting bagaimana bisa mengangkat dan mengenalkan kopi Lumajang. Yang jelas, sampai saat ini sudah banyak penikmat kopi yang mencari kopi Lumajang ini,” kata Widodo. (her/ipg)
Teks Foto :
– Ir H Yuswanto Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia.
Foto : Sentral FM