Berdasarkan pantauan Sentral FM, Senin (18/7/2016) pasca-Lebaran harga bahan pangan di Pasar Baru Lumajang belum stabil.
Harga bawang merah masih di kisaran Rp33 ribu perkilogram. Sedangkan bawang putih Rp30 ribu perkilogram. Sebelum Lebaran, harga kedua komoditi hanya separuhnya saja.
Harga telur ayam ras masih di kisaran Rp18 ribu perkilogram. Sebelumnya paling mahal Rp15 ribu perkilogram. Sedangkan untuk gula pasir masih di kisaran Rp15 ribu perkilogram. “Sampai saat ini, belum ada penurunan harga meski katanya pabrik gula sudah giling tebu,” kata Khoiroh, seorang pedagang.
Selain itu, harga daging sapi juga masih sekitar Rp107 ribu perkilogram. Harga daging tetap mahal meskipun pemerintah sejak sebelum Ramadhan lalu telah menjanjikan akan menurunkan di kisaran Rp80 ribu perkilogram.
Demikian pula harga daging ayam broiler yang masih berada di angka Rp32 ribu perkilogram. Padahal sebelumnya hanya Rp28 ribu saja dan terus naik tanpa ada tanda-tanda menurun.
Komoditas yang harganya turun hanya cabai keriting yang saat ini dijual Rp21 ribu perkilogram. “Padahal saat lebaran lalu, harganya mencapai Rp36 ribu perkilogramnya. Ini karena pasokan dari petani saat ini melimpah,” ujar Khoiroh.
Terkait belum stabilnya harga bahan pangan di pasaran, Bambang Suryo Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Lumajang mengatakan karena dipicu fluktuasi harga di pasar saja.
“Mungkin sentimen harga di pasar masih tinggi. Karena maish dalam suasana lebaran. Tapi dalam waktu dekat harga bahan pangan akan menurun seiring dengan usainya lebaran dan melimpahnya pasokan ke pasar,” kata Bambang Suryo.
Sedangkan, harga ikan laut di pasaran, untuk ikan tongkol yang biasanya dijual Rp12 ribu sampai Rp15 ribu perkilogram, saat ini telah mencapai Rp25 ribu perkilogramnya. Ikan tuna berkisar Rp32 ribu perkilogram, ikan cakalang Rp27 ribu perkilogram dan ikan kembung Rp25 ruibu perkilogramnya.
Ir Syaiful Kepala Kantor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang mengatakan, kondisi ini karena minimnya hasil tangkapan dari nelayan akibat cuaca ekstrem dan tingginya ombak di laut.
“Praktis, tidak banyak nelayan yang melaut. Apalagi saat ini gelombang diperkirakan bisa mencapai empat meter. Nelayan tidak berani melaut dan pasokan ke pasar juga kosong. Kalaupun ada pasokan, hanya dari nelayan di Probolinggo dan sekitarnya saja,” katanya.(her/iss/ipg)