Tempat pembuangan akhir (TPA) di Kalipancing,Kecamatan Tempeh yang baru dibangun dengan biaya Rp. 15 milyar dan dioperasionalkan 2016 ini menjadi sarana edukasi dan juga rekreasi dengan taman hijaunya yang segar serta ramah lingkungan.
“TPA sampah baru kita di Kalipancing yang dibangun di lahar seluas 6 hektar itu, akan menjadi sarana edukasi dan wisata bagi warga Lumajang. Edukasi karena di sana bisa dijadikan fasilitas pelatihan bagi para pelajar untuk mengetahui bagaimana cara mengelola sampah, pupuk organik, limbah dan sebagainya,” kata Ir Nurul Huda Kepala DLH Kabupaten Lumajang.
TPA tersebut bisa menjadi sarana wisata, karena areal tersebut akan disulap menjadi lahan hijau yang rindang dengan disediakan fasilitas taman serta permainan. “Harapan kita, warga bisa memanfaatkan TPA sampah ini untuk rekreasi sekaligus konservasi. Karena itu kami menamakannya taman pengolahan sampah,” paparnya.
Nurul Huda juga mengungkapkan, jika TPA sampah yang baru dibangun dengan sebagian anggarannya adalah bantuan dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum) ini, menggunakan system sanitary landfill.
“Pengolahannya menggunakan lapisan kedapnya. TPA sampah baru ini tidak akan mencemari lingkungan. Dimana cairan sampah atau lindi yang akan dikeluarkan ke media lingkungan, ada instalasi yang mengolahnya terlebih dulu. Sehingga ini sesuai dengan baku mutu yang tidak mencemari lingkungan sesuai yang disyaratkan oleh Gubernur Jatim,” jelasnya.
Selain itu, di TPA sampah ini juga dilengkapi sarana pengolahannya berupa penangkap gas metan. Dan hasilnya, gas metan yang dihasilkan dari tumpukan sampah ini, akan diolah menjadi biogas untuk bahan bakar energi yang bisa digunakan bagi kebutuhan rumah-tangga.
Dimana, untuk di Lumajang saja perhatinya mampu dikumpulkan sampah rumah-tangga sebanyak 50 truk. Dan sampah ini yang akan dikumpulkan di TPA sampah untuk diolah oleh DLH Kabupaten Lumajang.
“Selain itu, TPA sampah ini akan dilengkapi IPLT juga bisa digunakan mengolah limbah tinja dari rumah-tangga. Karena suatu saat IPLT ini akan diperlukan karena bisa menampung limbah keluarga. Makanya kita akan siapkan mobil penyedot, mobil toilet dan lainnya,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, di TPA sampah ini akan dilakukan juga kegiatan pembibitan tanaman sebagai fungsi konservasinya. “Sehingga nantinya di sana lengkap. Mulai dari pengolahan sampah, yang hasilnya bisa dimanfaatkan berbagai macam. Hasil dari pupuk organik akan kita kombinasikan dengan pembibitan tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk konservasi. Inilah yang dinamakan taman pengolahan sampah itu,” jelasnya.
TPA sampah baru ini, nantinya akan menggantikan TPA sampah lama yang ada di Desa Besuk, Kecamatan Tempeh. TPA sampah lama sejauh ini sudah penuh dan akan segera dialihfungsikan pada tahun 2017 mendatang. “Tahun depan, aset itu akan kita kembalikan untuk digunakan sebagai sarana yang lainnya,” bebernya.
Setelah fasilitas ini terwujud, Nurul Huda mengimbau kepada masyarakat, untuk kembali tertib dalam memilah dan membuang sampah. Pasalnya sampah harus dibedakan dalam beberapa kriteria. Diantaranya sampah plastik yang tidak bisa diurai namun bisa didaur ulang, sampah basah dan sampah berbahaya.
Edukasi itu, menurutnya, telah dilakukan secara kontinyu melalui lingkungan baik di RT maupun RW. Salah-satu wujudnya adalah telah dibentuknya 40 bank sampah. Sebagai contoh bank sampah yang telah dibentuk, hal itu disebutnya sebagai edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan sampah itu sendiri.
Yakni masyarakat mengumpulkan sampah dan memanfaatkannya dengan cara dijual atau didaur ulang yang menghasilkan. Pemilik sampah diberikan buku rekening yang diisi berapa hasil yang diperoleh dari membuang sampah.
“Dengan begitu masyarakat mendapatkan hasil dari sampah. Demikian pula nanti ketika sudah sampai di TPA, sampah sudah terdistribusi dari masing-masing jenis sampah. Kalau tidak, ada pemulung yang kami libatkan untuk memisahkannya,” pungkas Nurul Huda. (her/dwi)