Lumajang mulai gencar memperkenalkan potensi komoditi kopinya. Salah-satunya adalah kopi luwak organik yang dikembangkan di Desa Organik lereng Gunung Semeru untuk dijajakan ke pasar domestik.
Mahmud Hadi Kepala Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (11/10/2016), mengatakan saat ini kopi luwak organik lereng Semeru sudah mulai diperkenalkan dan melakukan penjajakan pasar domestik. Diantaranya ke Surabaya dan berbagai daerah lainnya diluar Jatim.
“Pengenalan itu, seperti yang kami lakukan pada momen Hari Jadi Perkebunan di Malang, kami mengajak petani untuk memamerkan kopi luwak organik lereng Semeru di sana. Hasilnya, langsung ada pesanan insidentil sebanyak 2,7 kwintal. Harga per kilogram dibandrol Rp210 ribu,” katanya.
Selain itu, saat ini petani yang mengembangkan kopi luwak organik lereng Semeru juga telah mampu memenuhi pesanan hingga 3 kwintal perbulan secara rutin. “Jumlahnya memang belum terlalu banyak. Karena ini dalam rangka pengembangan,” ujarnya.
Apalagi, kopi luwak organik lereng Semeru juga dikembangkan bukan dalam bentuk penangkaran luwak seperti yang dilakukan di daerah lainnya. Melainkan dihasilkan dari luwak yang benar-benar lepas liar di alam.
“Untuk itu, kopi luwak ini dihasilkan secara alami di wilayah Kecamatan Pasrujambe sebagai Desa Organik. Dan kami telah melakukan pencegahan serta pelarangan untuk memburu hewan luwak di sana. Sekarang sudah banyak berkembang binatangnya. Semoga dengan saling menjaga melestarikan keberadaan luwak, menjadikan potensi ini berkembang dengan baik,” katanya.
Selain itu Mahmud Hadi juga menyampaikan, potensi kopi luwak dari Desa organik lereng Semeru memiliki banyak keunggulan. Sebab, kopi luwak yang banyak kembangkan di berbagai daerah dengan tidak tersentuh bahan kimia apapun tentu berbeda.
Ini yang dijadikan potensi unggulan dari komoditi kopi di daerah organik lereng Semeru. Apalagi, sejauh ini budidaya kopi di lereng Semeru yang disebut dengan Kolesem (kopi lereng Semeru) lebih baik, karena di lapangan masih terintegrasi.
“Artinya mix farming belum monokultur. Tidak tersentuh bahan kimia, petani juga telah dilatih standar operasional prosedur (SOP) dan GAP-nya (Good Agriculture Product),” ujarnya.
Kopi ini juga telah diteliti oleh Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember, yang menyatakan bahwa kopi Lumajang, apalagi kopi luwak-nya memiliki kelebihan. Namun disayangkan, kenapa keunggulan seperti ini tidak dimunculkan sejak lama.
“Dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember, menyayangkan kenapa kopi Lumajang yang memiliki keunggulan tidak dimunculkan. Sehingga kami berpikir keras untuk mengangkat potensi komoditi kopi lereng Semeru ini. Salah-satu jawabannya adalah, kami membuat festival kopi di Pendopo Kabupaten Lumajang besok pagi,” katanya
Dalam festival besok, Mahmud Hadi mengungkapkan, kopi luwak organik lereng Semeru akan menjadi salah-satu unggulan. Disamping komoditi kopi lainnya, baik robusta, arabica maupun kopi ekselsa yang disebut kopi nangka ini.
Sebanyak 35 sampel kopi yang dihasilkan petani dari berbagai wilayah Kecamatan, diantaranya Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Pasrujambe, Senduro, Gucialit, Klakah dan Randuagung akan diuji citarasa dalam festival ini. Pengujian ini akan melibatkan ahli dari Puslit Kopi dan Kakao Jember dan penilai dari Kabupaten yang menjadi juara nasional. Diantaranya dari Bondowoso dan Situbondo dengan pendamping dari Pasuruan dan Malang.
“35 sampel kopi ini sudah kita kirimkan sebelumnya ke Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember untuk dilakukan pengujian.Hasilnya, besok akan dipaparkan juga. Selain itu, dalam festival kopi lereng Semeru ini, kami juga akan menghadirkan 36 pengelola kafe di Lumajang yang akan berkompetisi meracik,” katanya.
Antusiasme pengelola kafe untuk mengikuti festival ini juga sangat tinggi. Lomba racik kopi lereng Semeru ini dilaksanakan dengan membuat formula racikan secara khas. Dengan syarat, bahan baku kopinya dari Lumajang, baik jenis robusta, arabica maupun ekselsa. “Racikannya tergantung pengelola kafe, sehingga ada yang khas dan tidak ditiru kafe lainnya. Namun diutamakan tanpa mix, sehingga asli atau original,” ujar Mahmud Hadi. (her/tit/ipg)
TEks Foto :
– Budidaya kopi lereng Semeru.
Foto : Sentral FM