Minggu, 24 November 2024

Inilah Kronologi Meninggalnya Pendaki Semeru Asal Pekalongan

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Proses evakuasi panjang dan melelahkan yang dilakukan personil gabungan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) bersama unsur kepolisian, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dibantu porter dari Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang terhadap jenasah Zimam Arofiq (24), pendaki asal Pekalongan, Jawa Tengah yang meninggal di shelter peristirahatan Kalimati berakhir.

Jenazah pendaki yang tercatat tinggal di Jl. WR Supratman RT-05/RW-12 Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah ini telah sampai di ruang pemulasaraan RSD dr Haryoto Lumajang, Rabu (14/9/2016) petang. Jenazah pendaki ini langsung dimasukkan ke ruang penyimpanan setelah sebelumnya sempat diperiksa singkat oleh petugas medis.

Di rumah sakit terbesar di Lumajang ini, turut hadir sejumlah rekan pendaki korban. Dan sebagian lainnya berada di Polsek Senduro untuk dimintai keterangan. Dimana, total rekan pendaki korban Zimam Arofiq sebanyak 7 orang yang seluruhnya berasal dari Pekalongan juga. Namun, rekan pendaki korban yang berada di rumah sakit tutup mulut. Mereka enggan memberikan keterangan dengan alasan sudah ditangani kepolisian.

“Sebaiknya ditanyakan ke polisi saja,” kata seorang rekan pendaki korban Zimam Arofiq singkat.

Mereka menyebutkan tengah menunggu keluarga korban dari Pekalongan yang saat ini masih dalam perjalanan untuk mengurus proses otopsi dan pemulangannya. Hanya saja untuk proses otopsi, diserahkan kepada pihak keluarga.

“Apakah keluarga menghendaki otopsi dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian korban Zimam Arofiq ataukah tidak, itu hal mereka. Yang jelas untuk proses penanganan berikutnya sudah kami serahkan kepada aparat kepolisian. Sudah bukan kewenangan kami lagi. Karena tanggungjawab kami selaku pemangku kawasan sudah pada proses evakuasi saja,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah III TNBTS di Lumajang Budi Mulyanto saat ditemui di ruang pemulasaraan RSD dr Haryoto Lumajang.

Budi Mulyanto pun menjelaskan detail terkait kronologi meninggalnya korban Zimam Arofiq. Diungkapkannya, korban bersama 7 pendaki lainnya tiba di Pos Resort TNBTS Ranupani untuk mendaki gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut pada hari Sabtu (10/9/2016).

“Awalnya korban Zimam Arofiq datang bersama 6 orang pendaki asal pekalongan mendaftar di Pos Ranupani. Setelah mengikuti briefing dan pengecekan perlengkapan termasuk surat keterangan dokter dinyatakan lengkap, maka mereka melakukan register tiketing dengann lama pendakian sampai hari ini, Rabu (14/92016). Rombongan berangkat dari Pos Ranupani pukul 17.00 WIB menuju ke shelter Ranu Kumbolo. Dan mereka sampai di Ranukumbolo pukul 22.00 WIB,” paparnya.

Namun keesokan harinya, Minggu (11/9/2016), menyusul 1 orang dan bergabung di Ranu Kumbolo. “Saat itu, korban beraktifitas seperti biasa dan baru mengeluh sakit pada pukul 23.00 WIB. Selanjutnya, Senin (12/9/2016), semua rombongan beraktifitas seperti biasa dengan kondisi normal dan melakukan persiapan melanjutkan perjalanan ke Pos Kalimati. Mereka sampai di Pos Kalimati pukul 16.00 WIB dan mendirikan tenda. Korban masih mengkonsumsi makanan dan istirahat,” terangnya.

Ketika rekan-rekannya berniat naik ke puncak Mahameru, korban Zimam Arofiq bersedia ditinggal istirahat di Pos Kalimati dengan perbekalan yang disediakan. Sehingga ketika rombongan teman-temannya berangkat ke puncak pada Selasa (13/9/2016), korban pun memilih menunggu di shelter Kalimati.

Berikutnya, rombongan pendaki asal Pekalongan minus korban Zimam Arofiq ini pun mendaki ke puncak Mahameru dan sampai pukul 05.30 WIB. Selama 10 menit di atas, rombongan kemudian turun dan menuju ke Kalimati tempat korban istirahat. Pada jam 07.00 WIB, mereka mendapati korban mengeluh sakit kepala berat dan kondisi badan hangat. Korban pun diberikan pertolongan dengan persediaan obat yang dibawa oleh teman-temennya. Setelah itu, rombongan pendaku ini pun beristirahat di shelter tersebut.

“Pada pukul 10.00 WIB, rombongan pendaki ini memutuskan turun ke Pos Ranupani, tetapi baru berjalan sekitar 50 meter, korban mengeluh tidak kuat. Akhirnya rombongan memutuskan kembali ke Kalimati dan mendirikan tenda. Pada pukul 14.00 WIB, rombongan mengutus tiga orang diantara rombongan pendaki asal Pekalongan ini untuk mencari pertolongan ke Pos Ranu Kumbolo. Karena tidak mendapat bantuan, mereka melanjutkan ke Pos Ranupani dan melaporkan ke Pos Resot TNBTS Ranupani pada pukul 20.30 WIB,” urainya.

Dari laporan tersebut, lanjutnya, petugas Pos Resot TNBTS Ranupani mengupayakan tenaga evakuasi. Namun, karena situasi sudah malam dan kondisinya hujan serta berkabut, tim evakuasi tidak berani menindaklanjuti malam itu juga. “Ini karena pertimbangan situasi, cuaca dan medan. Apalagi malam itu muncul informasi dari porter bernama Suryadi, bahwa korban sudah meninggal. Baru pada hari Selasa (14/9/2016), tim evakuasi berangkat sebanyak 6 orang untuk mengevakuasi ke Pos Ranupani. Dan selanjutnya jenasah korban dibawa ke RSD dr Haryoto Lumajang untuk dimintakan otopsi,” demikian pungkas Budi Mulyanto. (her/dwi)

Teks Foto :
– Proses evakuasi jenazah korban Zimam Arofiq, pendaki asal Pekalongan di ruang pemulasaraan RSD dr Haryoto Lumajang.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
26o
Kurs