Para pelaku home industry keripik pisang di Desa Sentul, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang terpaksa menutup usahanya untuk sementara waktu karena kesulitan mendapatkan bahan baku.
“Para petani saat ini banyak yang mengalihkan pola tanam ke budidaya pisang mas kirana yang dinilai lebih menguntungkan. Nilai ekonomisnya lebih menjanjikan dibandingkan pisang agung,” kata Bambang Suryo, Kepala Bidang Perdagangan pada Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Jumat (12/2/2016).
Pemilik home industry keripik pisang harus dihadapkan dengan harga bahan baku pisang agung yang mahal. Selain itu, mereka harus memesan dulu kepada para petani. Kalau tidak, mereka tidak akan kebagian pisang agung. “Kalau titip dulu ke pengepul atau ke petani langsung tidak kebagian. Ini karena stok pisang agung yang memang berkurang,” ujarnya.
Bambang menyebutkan untuk pisang agung dalam setiap tandan isi 12 harganya mencapai Rp75 ribu. Sedangkan untuk kebutuhan UKM harganya pada kisaran Rp40 ribu sampai Rp50 ribu.
Dengan harga sebesar itu, pelaku UKM harus menghitung ulang berapa harga jual keripik pisangnya. UKM juga harus mempertimbangkan harga dipasaran nantinya berapa, sehingga konsumen juga tidak beralih ke produk lainnya. “UKM sekarang bingung dengan harga keripik,” kata Bambang.
Dari pantauan Disperindag, harga keripik pisang agung untuk kemasan ukuran 200 gram berkisar Rp18 ribu. Sedangkan untuk ukuran 400 gram mencapai Rp28 ribu. Konsumen pun banyak yang lebih memilih untuk kemasan dengan ukuran lebih kecil, yaitu 200 gram saja. “Sekarang konsumen lebih suka dengan ukuran yang kecil,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, home industry sudah berupaya mengalihkan ke jenis pisang haji sebagai ganti pisang agung. Namun, ternyata kualitasnya tidak bisa menandingi pisang agung. “Ada yang mengganti pisang haji. Tapi tidak sebagus pisang agung,” katanya.
Sementara itu, keuntungan pisang mas kirana jauh lebih besar dibanding dengan pisang agung. Pertama, pisang mas kirana bisa panen dua kali dalam setahun. Sedangkan untuk pisang agung hanya sekali. Selain itu, pisang mas kirana lebih banyak diminati pasar. “Banyak permintaan pisang mas kirana. Apalagi booming seperti sekarang ini,” ujarnya.
Pisang mas kirana juga sudah mempunyai sertifikasi. Itu membuat mas kirana semakin dipercaya pasar, dan harganya juga sangat menguntungkan petani.(her/iss/ipg)
Teks Foto :
– Bambang Suryo, Kepala Bidang Perdagangan pada Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang.
Foto: Sentral FM