Jumat, 22 November 2024
Akibat Anomali Cuaca

Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Melambung

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan
Ilustrasi. Bawang merah.

Sejumlah harga komoditi hasil pertanian melambung. Hal ini disebabkan terjadinya anomali cuaca yang berdampak terhadap pola tanam dan hasil panen sehingga stok komoditi di pasaran berkurang.

Bambang Suryo Kepala Bidang Perdagangan pada Kantor Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (15/3/2016), mengatakan, harga komoditi pertanian yang terus merangkak naik di antaranya cabai keriting, cabai rawit dan bawang merah.

“Cabai rawit saat ini sangat mahal di pasaran. Harganya sudah mencapai Rp40 ribu perkilogramnya dari sebelumnya Rp28 ribu pada pekan lalu. Padahal harga normal di pasaran berkisar Rp18 ribu perkilogramnya,” katanya.

Untuk komoditi bawang merah dari harga normal Rp10 ribu perkilogram di musim panen, saat ini mencapai Rp35 ribu di pasaran, naik mencapai 250 persen. Sedangkan untuk harga bawang putih di pasaran cenderung turun setelah sebelumnya mengalami kenaikan mencapai Rp27 ribu perkilogram.

“Saat ini harga bawang putih turun menjadi Rp25 ribu perkilogramnya. Untuk harga komoditi sayuran, kenaikan signifikan terjadi pada komoditi kentang, wortel, kubis dan lainnya yang naik dengan kisaran Rp2.000 perkilogram dari harga sebelumnya,” ujarnya.

Dari analisa Disperindag, kenaikan harga komoditi hasil pertanian terjadi karena terjadinya anomali cuaca. Dimana petani saat ini masih belum serempak melakukan penanaman hingga panennya juga tidak serempak juga. Akibatnya terjadinya penurunan produksi.

“Ditambah lagi, adanya keterlambatan distribusi dari daerah sentra penghasil. Umpamanya untuk komoditi bawang merah dari daerah Nganjuk dan Brebes. Meski untuk bawang merah setiap bulannya ada daerah-daerah yang panen dan bisa menyuplai daerah lain seperti Lumajang. Namun stok masih tetap mencukupi,” katanya.

Sedangkan untuk komoditi yang bisa dipasok dari sentra penghasil lokal seperti cabai, petani belum melakukan panen serentak. Termasuk juga petani juga takut menanam karena anomali cuaca. “Sebab jika terjadi hujan maka hasil tanam cepat membusuk,” ujarnya.

Penyebab lain terjadinya kenaikan harga komoditi hasil pertanian ini, lanjut Bambang Suryo, juga disebabkan adanya permainan di tingkatan pengepul. “Ada pengepul yang sengaja menahan suplai komoditi hasil pertanian ke pasar. Meski mereka tidak terlalu lama menahan suplai ke pasaran karena juga takut busuk. Tapi itu juga signifikan mempengaruhi harga di pasaran,” jelasnya.

Sementara itu, kenaikan harga juga terjadi pada komoditi hasil peternakan. Hal ini disebabkan naiknya harga pakan, hingga harga komoditi ternak ikut terdongkrak naik. Diantaranya harga daging sapi dari Rp108 ribu menjadi Rp110 ribu perkilogramnya. Daging ayam broiler dari Rp20.100 menjadi Rp27.900 dengan kenaikan harga mencapai 35 persen.

“Untuk kenaikan harga komoditi hasil ternak ini, kami tidak bisa melakukan intervensi pasar. Karena harga ditentukan dengan cost produksinya. Karena harga pakan jatuhnya sudah mahal, tentu harga komoditinya di pasaran juga akan terdongkrak naik juga. Total ada 7 komoditi strategis baik hasil pertanian maupun hasil peternakan di pasar yang saat ini melonjak. Namun diprediksi pekan terakhir pada bulan ini harga sudah normal kembali,” ujar Bambang Suryo. (her/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs