Meningkatnya aktivitas vulkanik di dapur magma Gunung Bromo memicu terjadinya gempa letusan dan berulangnya gempa vulkanik dalam. Guncangan gempa letusan di kawah gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, terpantau dalam 18 jam terakhir.
Ayu Dewi Utari, Kepala Balai Besar TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) selaku pemangku kawasan Gunung Bromo kepada Sentral FM, Sabtu (9/1/2016), menginformasikan gempa letusan itu terpantau dari laporan yang diterima dari PVMBG (Pusat Vulkanologi,Mitigasi dan Bencana Geologi).
Dari pantauan sejak hari Jumat (8/1/2015) pukul 18.00 WIB sampai hari Sabtu (9/1/2016) pukul 06.00 WIB, setidaknya terjadi tiga kali gempa letusan dari kawah Gunung Bromo.
Dari catatan PVMBG, 2 kali gempa letusan ini terjadi selama 10.88-18.10 detik dengan amplitudo 36 mm. Terjadi pula gempa vulkanik dalam selama 8.14 detik dengan amplitudo 29 mm.
Dari pantauan seismik, gempa tremor masih berada di amplitudo 3 mm sampai 29 mm dan dominan pada 5 mm. Suara gemuruh masih terdengar dan teramati sinar api samar-samar dari kawah. Asap kelabu sedang-tebal dengan tekanan sedang-kuat dan ketinggian berkisar 600 meter dari puncak kawah (mdpk) atau 2.929 meter di atas permukaan laut (mdpl) juga berhembus ke arah barat.
“Secara visual cuaca dilaporkan cerah-mendung, angin tenang dan suhu berkisar 12 sampai 15 derajat celcius. Gunung Bromo terpantau jelas meski kabut. Dari hasil pemantauan ini, kesimpulannya status Gunung Bromo masih tetap Siaga (Level III),” kata dia.
Dengan kondisi ini, Balai Besar TNBTS masih memberlakukan rekomendasi yang sama. Dimana kawasan kaldera masih ditutup total dengan zona bahaya yang ditentukan berada 2,5 kilometer dari kawah.
“Kawasan kaldera Gunung Bromo yang terdiri dari lautan pasir, kawah dan savana tetap ditutup total. Jalur masuk ke kaldera tetap kita tempatkan petugas untuk memastikan tidak ada aktivitas manusia di zoba bahaya itu,” kata dia. (her/fik)