Gelombang pasang di pesisir selatan Lumajang sudah mencapai ketinggian 3 meter dan menyapu kawasan pesisir. Akibatnya terjadi abrasi di kawasan pantai yang membawa ombak dan pasir langsung masuk ke pemukiman warga. Peristiwa ini terjadi di pemukiman warga di pesisir selatan Pantai Watupecak Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Minggu (5/6/2016).
Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM mengatakan gelombang pasang setinggi 3 meter yang menyebabkan abrasi terjadi mulai pukul 06.00-09.00 WIB.
“Gelombang sangat tinggi disertai hempasan ombak yang keras ke wilayah pesisir. Kuatnya terjangan ombak inilah yang kemudian membawa material pasir dari pesisir hingga masuk ke wilayah pemukiman warga yang berjarak ratusan meter dari bibir pantai. Akibatnya, rumah warga sempat terendam genangan air laut,” katanya.
Dalam kondisi itu, ombak tidak semakin mereda. Gelombang terus menerjang wilayah pemukiman warga hingga mengakibatkan sebuah rumah roboh dan belasan lainnya tertimbun pasir hingga setinggi satu meter. “Total yang terdampak gelombang pasang ini sebanyak 14 rumah yang terletak di Dusun Selok Orkesan RT-59/RW-19, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian,” paparnya.
Gelombang pasang yang terjadi secara tiba-tiba inipun membuat warga jadi kalang kabut. Mereka harus menyelamatkan diri, keluarga dan harta bendanya dengan cepat. Pasalnya warga ketakutan kalau gelombang yang masuk ke pemukimannya menjadi awal dari bencana tsunami. Hingga warga cepat mengungsi ke rumah tetangga se Desa dan saudara yang lokasinya lebih aman. Puluhan warga berombongan mengangkut apapun yang bisa dibawa dari rumahnya.
Tindakan cepat itu membawa keberuntungan tersendiri, sebab tak lama kemudian terjadi rumah roboh akibat hempasan ombak. Beruntung Sholeh (35), telah mengungsi sehingga tidak ada korban cedera atau bahkan korban jiwa dalam kejadian itu.
Setelah ombak ganas mereda, warga pun kembali ke rumah masing-masing. Disana sudah ada personel Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang yang melakukan penanganan awal. Warga diminta untuk tidak kembali sementara ke rumah masing-masing karena dikhawatirkan masih ada potensi gelombang pasang susulan.
“Apalagi kondisi rumah warga juga tidak memungkinkan lagi untuk ditempati. Selain ada yang roboh, rata-rata rumah warga juga tertimbun pasir hingga satu meter. Selanjutnya kami akan mengusulkan relokasi bagi rumah warga. Namun masih butuh kajian dan telaah yang nanti akan kita sampaikan kepada Bupati Lumajang,” terangnya.
Dari verifikasi lapangan, masih menurut Hendro Wahyono, selain berdampak terhadap pemukiman warga pesisir, gelombang pasang juga merusak 250 batang tanaman cemara udang hasil penghijauan beberapa waktu lalu. Termasuk ribuan benih ikan yang ditebar di lubang bekas galian tambang yang sedianya bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan perekonomian warga. “Semua dampak kerusakan akibat gelombang pasang masih diverifikasi,” pungkas Hendro Wahyono.
Sementara itu, Aak Abdullah Al Kudus pegiat konservasi lingkungan Lumajang selaku Koordinator Laskar Hijau secara terpisah mengatakan, naiknya air laut akibat gelombang pasang juga telah menggenangi ratusan hektar lahan pertanian warga. “Kondisi itu bisa dilihat di lahan pertanian sekitar hutan kosambi di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian yang beberapa waktu lalu digunakan sebagai lokasi peringatan 100 hari Salim Kancil,” katanya.
Atas peristiwa ini, ia berfilosofi siapa menebar angin, maka dia akan menuai badai. “Inilah buah dari pembiaran atas penambangan di pesisir selatan selama ini. Jangan menyalahkan Allah SWT atas bencana ini. Tapi salahkan kita sendiri karena telah lalai dan merusaknya,” ujarnya. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret dampak gelombang pasang di pesisir selatan Pantai Watupecak Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang yang mengakibatkan rumah warga roboh dan belasan lainnya tertimbun pasir hingga satu meter dan terpaksa harus mengungsi.
Foto : Sentral FM.