Anomali cuaca yang terjadi akibat dampak Lanina belakangan ini, diperkirakan menjadi penyebab hilangnya fenomena frost di lereng Gunung Semeru tahun ini. Dimana, fenomena frost yang terjadi dengan munculnya hamparan bunga es menutupi vegetasi tanaman di sejumlah titik di lereng gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, sama sekali tidak terjadi.
Andi Iskandar, seorang pegiat konservasi di Gunung Semeru kepada Sentral FM, Selasa (6/9/2016), mengatakan, fenomena frost menghilang tahun ini akibat anomali cuaca yang terjadi.
“Mungkin ini disebabkan adanya Lanina atau apa. Ini karena terjadinya perubahan cuaca,” kata pria yang akrab disapa Andi Gondrong ini.
Padahal, fenomena frost ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Setiap tahun, frost yang ditandai dengan munculnya hamparan bunga es terjadi antara pukul 05.00 WIB sampai pukul 06.00WIB setiap harinya di bulan Juli hingga Agustus. Di saat itu, suhu di sepanjang lereng gunung tertinggi di Pulau Jawa ini membeku serasa es. Hamparan bunga es ini bisa terus terjadi hingga September, namun sudah jauh berkurang.
“Saat bunga es muncul, suhu bisa mencapai minus 8 derajat celcius. Saat itulah bunga es bermunculan di sejumlah titik di lereng Gunung Semeru. Diantaranya di Ranu Regulo, Ranu Pane dan Ranu Kumbolo. Panoramanya hanya putih saja karena vegetasi tanaman tertutup hamparan bunga es seperti salju,” ujarnya.
Namun, pada tahun ini fenomena frost tidak nampak lagi di wilayah Gunung Semeru.
“Tapi tahun ini tidak terjadi. Karena saat ini suhu di lereng Gunung Semeru nggak terlalu dingin berkisar antara 7 sampai 14 derajat Celcius kalau siang. Padahal kalau muncul bunga es atau frost, mulai minus 1 derajat Celcius sudah muncul hingga sampai turun lebih dingin lagi. Namun, sampai sekarang tidak ada frost,” katanya.
Pegiat lingkungan asal Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang ini mengambarkan keindahan frost flowers terjadi karena proses kristalisasi embun yang turun, berubah menjadi bunga es karena dinginnya suhu. Pemandangan ini bisa terpantau sejauh memandang hanya hamparan putih seolah kristal saja yang terlihat dimana-mana.
Dimana dedaunan dan vegetasi yang terhampar luas, terlihat tertutup es. Bahkan, bunga es yang mengkristal ini ketika dipegang akan terasa halus hingga mendekati rupa salju. Hal inilah yang menjadi semakin menarik melihat fenomena ini terjadi di hamparan yang sangat luas di kawasan Ranu Regulo, Ranu Pani maupun Ranu Kumbolo, yang seolah berubah menjadi hamparan salju.
Namun antara satu titik dengan titik lain, ketebalan bunga es juga berbeda. Hal ini disebabkan tingkat suhu yang berbeda. Munculnya bunga es di kawasan Ranu Regulo dan Ranu Pane kebanyakan sama. Namun naik ke puncak di Ranu Kumbolo berbeda.
“Terkadang, fenomena frost lebih ekstrem terjadi di Ranu Regulo dan Ranu Pane. Kalau di Ranu Kumbolo malah tidak seberapa. Entah kenapa hal ini terjadi, namun itulah fenomenanya,” katanya.
Andi Iskandar mengatakan, Namun, dampak fenomena frost yang oleh warga Ranupani dijuluki embun upas ini, menyebabkan vegetasi tanaman menjadi mengering lalu mati. Kondisi inilah yang berpotensi memicu terjadinya kebakaran hutan, karena vegetasi tanaman di hutan dan hamparan lereng Semeru jadi mengering. Sehingga rawan terbakar jika tersulut api sekecil apapun. (her/zha/ipg)
Teks Foto :
– Fenomena frost di lereng Gunung Semeru.
Foto : Dok/Sentral FM