Dalam dua pekan terakhir, aktivitas vulkanik Gunung Bromo kembali mengalami kenaikan dengan terjadinya semburan asap bercampur debu vulknaik yang semakin pekat dari kawah gunung dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
Gede Suantika, Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Berapi PVMBG (Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi) Bandung pada Sentral FM, Sabtu (9/4/2016), mengatakan bahwa saat ini status Gunung Bromo tetap waspada meski ada kenaikan aktivitas.
“Bromo masih waspada. Saat ini terus dipantau dan menunggu apakah kembali normal atau tidak. Sejak aktivitas erupsi mereda, kepulan asap masih putih. Itu domiman adanya uap air,” Kata Gede.
Hasil pantauan PVMBG, kata dia, sepanjang dua pekan terakhir kepulan asap Bromo kembali berubah menjadi abu-abu kecoklatan. Asap yang semakin gelap ini, menandakan adanya material samping di dinding pipa magma yang tergerus dan terangkat ke atas. Sehingga menimbulkan gumpalan-gumpalan abu.
“Saat ini, semburan asap Bromo terhembus angin ke arah barat dan barat laut dengan ketinggian 1.500 meter di atas puncak kawah. Arah asap juga berpotensi berubah tergantung arah angin,” kata dia.
Gede juga mengatakan peningkatan aktivitas kali ini belum menjadi ancaman bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Bromo. Yang menjadi ancaman adalah munculnya lontaran-lontaran material pijar berupa bebatuan lapili yang sejauh ini terpantau masih jatuh di sekitaran kawah.
“Lontaran bebatuan lapili dari kawah Gunung Beromo besarnya seperti bebatuan jalanan dengan diameter 20 centimeter. Bebatuan itu masih jatuh di sekitar kawah, sehingga belum membahayakan masyarakat sekitar,” kata dia.
Selain itu, saat ini juga terpantau sinar api di atas puncak kawah pada malam hari. Kadang-kadang juga terdengar suara gemuruh.
Dengan kondidi ini, PVMBG merekomendasikan zona bahaya di sekitar kawah Gunung Bromo saat ini berada di radius 1 kilometer dari sekitar kawah. (her/fik)
NOW ON AIR SSFM 100
