Serangan penyakit DBD di wilayah Kabupaten Lumajang dalam kurun empat bulan terakhir, telah menyebabkan 110 warga harus menjalani perawatan inap di Rumah Sakit.
“Trendnya, Januari terdapat 29 penderita, Februari 49 penderita, Maret 20 penderita dan April 12 penderita. Memang trendnya menurun, meski tidak terlalu signifikan. Saya kira musim penghujan dengan frekwensi dan masa transisi ke musim kemarau ini yang menjadi penyebabnya,” kata Agus Hari Widodo Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Sanitasi Dasar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (19/4/2016).
Ratusan warga yang terserang DBD ini, masih menurutnya, menyebar di 21 wilayah Kecamatan di seluruh Kabupaten Lumajang. Meski ada wilayah Kecamatan tertentu yang mendominasi penyebaran penyakit ini. Diantaranya wilayah Kecamatan Kota Lumajang, Yosowilangun, Klakah, Jatiroto dan Randuagung.
“Yang rutin banyak penderita adalah di Kecamatan Kota Lumajang dan Jatiroto, terutamna di wilayah perumahan yang sangat padat. Pola serangannya juga sporadic,” paparnya.
Dari 110 penderita DBD yang telah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit ini, 6 orang diantaranya meninggal dunia. Kematian terhadap penderita penyakit DBD ini, bisa terjadi karena tidak berhasil melewati masa kritis antara 5-7 hari serangan awal.
“Masa kritis bagi pasien DBD memang 5-7 hari. Jika berhasil melewati masa kritis, biasanya segera pulih. Karena penyakit ini diawali demam tinggi, dan baru dibawa ke Puskesmas setelah terlambat. Untuk itu, bagi masyarakat yang anggota keluarganya menderita demam tinggi dan tidak normal, sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit untuk segera dirawat,” terangnya.
Agus Hari Widodo juga menyebutkan, pasien yang pernah terserang penyakit DBD juga bisa kembali terserang penyakit yang sama dalam satu musim. Hal ini disebabkan potensi penularan yang diakibatkan perkembang-biakan penyakit DBD ini masih belum dibasmi vektornya.
“Untuk itu, kami menyarankan dilakukan PSN atau pembersihan sarang nyamuk secara rutin di lingkungan keluarga dan kampung melalui siskamling jentik. Hal ini penting dilakukan karena fogging selama ini dinilai tidak terlalu efektif. Yang efektif adalah melalui PSN,” tuturnya.
Ia juga mengimbau, masyarakat harus waspada terutama di masa transisi peralihan musim ini. Pasalnya, penghujan yang kemudian lama hingga terjadi hujan baru, menyebabkan potensi berkembang-biaknya nyamuk sangat tinggi.
“Bersih-bersih lingkungan rumah dari potensi berkembang-biaknya jentik. Paling butuh waktu hanya 5-10 menit saja. Tapi bisa menjamin tidak berkembang-biaknya jentik nyambuk penyebab penyakit DBD. (her/dwi)