Industri kerajinan tahu sebagai salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia, sebenarnya tidak akan terdampak dengan lonjakan nilai tukar kurs dollar yang menjadi gonjang-ganjing melemahnya perekonomian saat ini.
Jika saja, bahan baku utama kedelai yang saat ini masih terus mengandalkan impor yang harga per kilogramnya telah menembus Rp7.000, bisa dipenuhi dengan suplai atau pasokan kedelai lokal.
“Tapi faktanya, kedelai lokal masih belum mencukupi kebutuhan pasar. Padahal kalau disuruh memilih, perajin industri tahu pasti akan memilih untuk menggunakan kedelai lokal. Sebab, kedelai lokal ini menjadikan hasil produksi tahu menjadi lebih berkualitas dan enak sehingga disukai konsumen,” kata Riyanto (39), perajin tahu di Dusun Darungan RT-23/RW-08, Desa Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Jumat (28/8/2015).
Saat ditemui di rumah merangkap tempat usaha pembuatan tahu miliknya, Riyanto mengungkapkan bahwa kelebihan kedelai lokal sebagai bahan baku pembuatan tahu di antaranya, hasil produksi menjadi sangat berkualitas karena rasanya enak, gurih, tebal dan saat digoreng cepat mekar.
“Namun, kami kesulitan bahan baku, sebab di pasaran tidak ada stok. Hal ini disebabkan, suplai dari petani yang tidak ada. Meskipun beberapa bulan lalu sempat panen raya kedelai di Kabupaten Lumajang, namun hanya mencukupi untuk produksi seluruh perajin tahu selama kurang dari sebulan saja,” paparnya.
Saat panen raya kedelai, Riyanto juga mendapatkan kiriman stok bahan baku dari petani yang menjual langsung ke rumahnya. Namun jumlahnya juga sangat terbatas, karena harus menyesuaian modal yang harus terus diputar setiap harinya.
“Padahal harga kedelai lokal sebenarnya lebih murah dibandingkan kedelai impor. Dimana, harga kedelai lokal perkilogramnya saat ini antara Rp6.500 sampai Rp6.800. Selisih harga kedelai lokal dengan impor sekitar Rp200 rupiah saja. Hanya saja, kalau saya membeli banyak tentu modalnya kan terbatas. Jadi saya membeli bahan baku itu rutin setiap hari dan tidak sampai menyimpan stok,” urainya.
Jika diminta untuk memilih, ketika stok kedelai lokal ada di pasaran, Riyanto menegaskan lebih memilih untuk menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan tahu.
“Karena stok bahan baku kedelai lokal di toko supplier tidak ada karena sudah habis. Maka pilihannya hanya menggunakan kedelai impor saja. Karena kami tidak mungkin harus menungu petani kedelai panen lagi. Sebab industri pembuatan tahu setiap hari kan harus jalan terus,” pungkas Riyanto. (her/dop/ipg)