Dua bulan ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lumajang membuka rekrutmen bagi tenaga dokter untuk mengabdikan diri dan kemampuannya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Namun, dari 10 peluang rekrutmen yang dibuka kesempatannya, hanya 1 dokter saja yang berminat.
Sulitnya merekrut tenaga dokter ini ini karena dalam persyaratannya akan menempatkan dokter hasil rekrutmennya di wilayah pinggiran. “Mungkin ini yang menjadi penyebab kami (Dinkes, red) sulit merekrut tenaga dokter baru,” kata dr Triworo S Nadjieb Kepala Dinkes Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (3/3/2015).
Meski demikian, Dinkes tidak patah arang untuk menggenapi program peningkatan layanan kesehatan hingga jauh ke wilayah pinggiran yang jauh dari akses ke rumah sakit. Sehingga, peluang melalui rekrutmen tersebut masih dibuka hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Diakui Triworo S Nadjieb, memang tidak mudah untuk merekrut tenaga dokter baru. Apalagi untuk ditugaskan di wilayah pinggiran. Pasalnya, saat ini tenaga dokter kebanyakan lebih memilih untuk bekerja di wilayah perkotaan.
“Artinya, saat ini banyak pilihan bagi dokter untuk mengabdikan dirinya. Tidak hanya di lembaga kesehatan pemerintah saja, namun juga di lembaga kesehatan swasta atau bahkan praktek mandiri,” terangnya.
Bahkan, banyaknya pilihan ini menyebabkan peluang untuk bergabung ke lembaga kesehatan pemerintah bukan lagi pilihan yang menggiurkan. Apalagi jika akan ditugaskan di wilayah pinggiran. Meski masih banyak dokter yang memilih untuk tetap mengabdikan diri kepada masyarakat di wilayah yang terpencil melalui ikatan kerja PTT.
“Saat ini masih banyak dokter yang ikut ikatan kerja PTT selama setahun. Kalau saya dulu, dokter PTT sampai dua tahun kontrak kerjanya. Namun, profesi dokter ini setiap tahun kan bertambah jumlahnya. Sehingga kita sangat berharap, nantinya tenaga dokter ini akan mencukupi untuk ditempatkan di wilayah pinggiran. Dengan begitu, derajat kesehatan masyarakat di wilayah terpencil sekalipun bisa meningkat,” jlentrehnya. (her/ipg)
Teks Foto :
– dr Triworo S Nadjieb.
Foto : Sentral FM