Sabtu, 23 November 2024

Okupansi Anjlok, Pengelola Hotel Bromo Rumahkan Karyawan

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Pengelola hotel di kawasan Gunung Bromo dalam perayaan pergantian tahun kali ini, terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang. Pasalnya, berbagai acara yang telah dikemas untuk peringatan tahun baru, harus digagalkan karena okupansi (hunian) hotel anjlok drastis akibat peningkatan abu vulkanik gunung dengan ketinggian 2.329 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut.

Digdoyo Djamaludin, pengelola Hotel Yoschi di kawasan Bromo dihubungi Sentral FM, Rabu (30/12/2015), mengatakan saat ini okupansi hotel tinggal 35 persen saja.

“Padahal, jauh hari sebelum aktivitas Gunung Bromo meningkat, para travel agen dari berbagai kota, seperti Jogjakarta, Jakarta dan daerah lainnya sudah booking kamar. Okupansinya sudah mencapai 70 persen saat itu,” katanya.

Namun, setelah Gunung Bromo meningkat statusnya menjadi Siaga (Level III) dan terjadi guyuran hujan abu, banyak booking-an kamar yang kemudian dibatalkan oleh pemesan. “Padahal, kami sudah melakukan berbagai upaya. Diantaranya memberikan diskon khusus sampai 25 persen agar mereka tidak membatalkan pesanannya,” paparnya.

Termasuk, pengelola hotel juga mengemas berbagai acara menarik dengan menggelar live musik dan mendatangkan artis dari kota besar, seperti Jakarta. Acara lainnya yang dipersiapkan adalah tari-tarian dan festival.

“Malahan, hotel juga menyediakan paket tour untuk melihat panorama erupsi Bromo yang jarang bisa dilihat. Tapi itu tidak mempan. Pemesan tetap membatalkan kunjungannya,” terang Digdoyo Djamaludin yang juga tercatat sebagai Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo ini.

Hingga sampai Rabu (30/12/2015) ini, okupansi hotel untuk perayaan tahun baru hanya tersisa 35 persen saja. Dari 35 persen pesanan kamar tersebut, yang dominan adalah turis asing. Diantaranya dari Eropa, terutama Negara Prancis yang memang sangat tertarik dengan pemandangan erupsi Bromo.

“Turis asing memang nyeleneh. Kalau turis domestik membatalkan pesanan, tapi bule malah tetap memastikan datang ke Bromo,” tutur pria yang akrab di sapa Pak Yoyoh ini, seraya menyebutkan bahwa hunian kamar di hotel Yoschi yang dikelolanya sebanyak 40 kamar.

Akibat kondisi ini, masih katanya, pengelola hotel terpaksa harus mengalami kerugian besar dalam perayaan tahun baru kali ini yang masuk dalam agenda high season. Karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan lagi, karena waktunya terlalu mepet.

“Kami tidak bisa lagi melakukan dealing dengan travel agen lainnya. Apalagi pemerintah juga tidak membantu kami. Padahal kami hanya berharap ada support dari pemerintah untuk ikut merasakan apa yang kami rasakan, sehingga ada solusi untuk mengatasi hal ini,” jelasnya.

Termasuk juga bagi para tamu diyakinkan akan mendapatkan pengamanan khusus, dari petugas gabungan yang telah disiapkan di kawasan Gunung Bromo. Mulai dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tim SAR, PVMBG dan TNBTS jika terjadi erupsi.

“Bahkan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga memberikan perlengkapan cuma-cuma bagi para wisatawan untuk menangkal abu. Diantaranya payung, topi dan masker yang semuanya dibagikan gratis. Namun semuanya tidak mempan,” jelasnya.

Untuk itu, pengelola hotel siap menanggung kerugian hingga 50 persen dari total budget persiapan yang dilakukan. Terutama, mengangkut biaya perawatan, logistik dan juga karyawan.

“Padahal, kami juga telah mempersiapkan logistik yang banyak untuk menjamu para tamu hotel. Kalau sudah begini, ya rugi besar. Estimasinya, kalau biaya yang telah kami keluarkan Rp100 juta, saat ini kerugiannya Rp50 juta, bahkan lebih. Hingga kami juga terpaksa merumahkan karyawan. Ada 25 persen karyawan dari 30 orang karyawan yang ada, terpaksa harus kami liburkan sementara. Hal ini dilakukan, agar cost kerugiannya tidak terlalu besar,” ujarnya.

Namun kebijakan meliburkan sementara karyawan hotel ini, dijelaskan lebih lanjut oleh Digdoyo Djamaludin, tidak berlaku ketat. Karena karyawan dirumahkan bergiliran agar masing-masing masih bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sampai kondisi pulih normal kembali.

“Sejak jauh hari, kami sebenarnya telah merencanakan merekrut pekerja harian dari masyarakat Suku Tengger setempat sebanyak 15 orang. Kesiapan ini untuk mengantisipasi lonjakan kedatangan wisatawan. Namun rencana itu juga terpaksa harus dibatalkan,” urainya.

Saat ini, Digdoyo Djamaludin mengaku, pengelola hotel saat ini terancam gulung tikar karena kerugian yang sangat besar. Dan, erupsi Gunung Bromo ini juga belum jelas sampai kapan akan berakhir.

“Ya semoga saja, kondisi ini cepat berakhir. Sehingga kedatangan wisatawa naik lagi. Karena yang menjerit sekarang bukan hanya pengelola hotel saja. Persewaan Jeep, asongan, kuda juga mati suri. Perekonomian di Bromo sekarang juga lesu,” ungkapnya.

Turunnya kedatangan wisatawan ke Gunung Bromo ini, membawa dampak dari membanjirnya kedatangan wisatawan di obyek wisata lainnya. Diantaranya, wisatawan mengalihkan kunjungan ke Kota Batu, Ijen dan Pulau Merah di Kabupaten Banyuwangi.

“Dari informasi yang saya terima, wisatawan di Batu, Ijen dan Pulau Merah di Banyuwangi saat ini membludak,” pungkas Digdoyo Djamaludin.

Sementara itu, dari informasi Pusat Vulkanologi,Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) hari ini, aktivitas Gunung Bromo tetap tinggi. Dari pantauan rutin Bromo pukul 00.00-06.00 WIB, asap kelabu sedang-tebal dengan tekanan sedang-kuat, mengarah ke timur dan timur laut.

Ketinggian asap mencapai 1.200 meter dari puncak kawah (mdpk) atau 3.529 meter diatas permukaan laut (mdpl). Dari data seismik, gempa tremor berada di amplitudo 3 mm sampai 37 mm dan dominan pada 10 mm. Hujan abu tipis masih mengguyur perkampungan Suku Tengger di sekitar Bromo, diantaranya di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bromo. Suara gemuruh juga masih terdengar dari kawah. (her/dwi)

Teks Foto :
– Suasana perkampungan Suku Tengger di sekitar Bromo yang masih diliputi abu tebal.
– Semburan asap dari kawah Gunung Bromo.
Foto : Ist.

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs