Musim kemarau sangat berdampak terhadap pasokan irigasi yang dibutuhkan petani di Kabupaten Lumajang. Pasalnya, debit irigasi yang dibutuhkan petani untuk mengairi lahan pertaniannya terus menurun.
Juwariyah Kepala UPT (Unit Pelaksana Tehnis) Dinas Pertanian Kecamatan Lumajang kepada Sentral FM, Rabu (5/8/2015) mengatakan, dampaknya para petani merasakan kesulitan untuk mengairi lahan pertaniannya dengan kebutuhan pasokan air seperti biasanya.
Dengan minimnya debit air di saluran irigasi pertanian ini para petani akhirnya memilih untuk beralih menanam palawija baik komoditi jagung maupun kedelai. Pengalihan pola tanam itu terjadi sejak bulan Juni sampai September yang menurutnya, merupakan puncak dari musim kemarau.
“Sekarang ini daerah-daerah yang rawan tidak ada air, mengalihkan menanam jagung dan kedelai. Sehingga kekeringan ini tidak ada masalah karena petani masih melakukan penanaman,meski tidak untuk komoditi jenis padi,” katanya.
Pengalihan pola tanam ini, menurut Juwariyah, dinilainya sangat baik bagi lahan pertanian. Ia mengistilahkan, lahan pertanian yang beralih menanam palawija tengah beristirahat.” Istilahnya tanah bisa istirahat dulu, setelah sebelumnya digenjot menanam padi dan padi,” paparnya.
Beralihnya pola taman petani di Lumajang selama musim kemarau dari padi ke palawija, juga merupakan hasil imbauan yang disampaikan UPT Dinas Pertanian melalui kelompok tani jika bulan Juni sampai September memang dilarang menanam padi.
“Sebab, bulan-bulan itu dari tahun ke tahun memang memasuki musim kemarau. Petani juga merasakan bahwa jika dipaksakan menanam padi, maka kebutuhan suplai air untuk lahan pertaniannya kurang. Dan untuk petani yang mengalihkan pola tanam ke palawija, kami juga memberikan bantuan benih bagi mereka,” terangnya.
Dengan bantuan stimulan seperti ini, minat petani untuk bertani palawija saat musim kemarau cukup tinggi. Sebagai bukti, saat ini lahan pertanian di wilayah Kecamatan Lumajang yang telah beralih menanam palawija mencapai 142 hektar.” 100 hektar diantaranya kita berikan bantuan benih dan yang 42 hektar adalah swadaya,” tuturnya.
Juwariyah mengungkapkan, minat petani untuk menanam palawija tahun ini, berbeda dengan tahun sebelumnya. Karena tahun ini minat datangnya dari keinginan petani itu sendiri untuk mengalihkan pola tanam ke komoditi jagung dan kedelai.
Terkait produktivitas tanam palawija saat musim kemarau ini hasilnya sangat bagus. Sebagai bukti, hasil panen awal bulan lalu saja mencapai 2,2 ton perhektar untuk hasil produktivitas tanam komoditi kedelai. Padahal biasanya hanya 1,5 ton perhektarnya.
Hanya saja kendala yang dihadapi petani palawija saat ini adalah harga yang belum optimal. Untuk harga komoditi kedelai saat ini harganya Rp5.800 di tengkulak.” Sehingga petani juga merasa harga ini nggak nutut. Tetapi kalau panen awal, petani masih mendapatkan harga Rp6.800 sampai Rp7 ribu perkilogramnya, sehingga keuntungannya lumayan,” ungkap dia.
Kondisi inilah yang banyak dikeluhkan petani, sehingga UPT Dinas Pertanian Kecamatan juga menyampaikan hal itu kepada Dinas Pertanian untuk mencarikan solusi. Hal itu dilakukan agar para petani bertahan untuk tetap mempertahankan menanam palawija saat musim kemarau ini, tidak kemudian memaksakan diri menanam padi.
Penyebab masih belum optimalnya harga kedelai di pasaran ini, menurut Juwariyah, karena disebabkan masih beredarnya kedelai impor di pasaran. Sehingga ketika petani melakukan panen raya, harga kedelai tidak ikut terdongkrak naik.
Dari data di UPT Dinas Pertanian Kecamatan Kota Lumajang, dari keseluruhan lahan pertanian seluas 1.700 hektar, hanya 20 persennya saja yang dialihkan menanam palawija. Hal ini karena lahan pertanian tersebut berada di wilayah potensial kering saat musim kemarau.
“Jika debit air irigasi mencukupi, petani tetap menanam padi. Hasil produktivitasnya juga bagus, seperti di Desa Boreng dan lainnya. Tapi jika debit irigasinya kurang, ya dialihkan ke palawija. Hal ini karena debit air di saluran irigasi setiap wilayah tidak sama,” pungkas dia. (her/dwi)
Teks Foto :
– Saluran irigasi lahan pertanian di Kabupaten Lumajang.
Foto : Dok Sentral FM.