Sabtu, 23 November 2024

Kronologi Pengeroyokan Dua Penolak Tambang di Lumajang

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan
Jenazah Salim alias Kancil, warga penolak tambang. Foto: Sentral FM

Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang yang terdiri dari Laskar Hijau, WALHI Jawa Timur, Kontras Surabaya, dan LBH Disabilitas membeberkan kronologi pengeroyokan terhadap Salim dan Tosan, dua warga penolak tambang di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, Senin (28/9/2015).

Aak Abdullah Al Kudus juru bicara Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang mengatakan, pelaku pengeroyokan adalah orang-orang yang tergabung dalam kelompok pro tambang pasir di pesisir pantai Watu Pecak.

“Kelompok pelaku menculik kedua korban dari rumahnya, kemudian dianiaya oleh kurang lebih 40 orang. Akibatnya, korban Salim alias Kancil tewas dan Tosan terluka parah. Hasil investigasi kami, Tosan didatangi segerombolan orang, Sabtu (26/9/2015) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebanyak 40 orang dari kelompok pro tambang dengan menggunakan motor mendatangi rumahnya dengan berbekal pentungan kayu, pacul, clurit dan batu,” katanya kepada Sentral FM.

Tanpa banyak bicara, mereka menghajar Tosan di rumahnya. Korban yang dikenal sebagai tokoh penolak tambang ini, berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda, namun berhasil dikejar. Saat melintas di lapangan tak jauh dari rumahnya, Tosan ditabrak motor hingga terjatuh. Selanjutnya, kelompok pengeroyok menganiaya dengan berbagai senjata yang dibawa.

“Pengeroyokan yang dilakukan sangat sadis. Tosan ditelentangkan di tengah lapangan dan dilindas motor berulang kali. Gerombolan ini menghentikan aksinya dan pergi meninggalkan korban Tosan, setelah seorang warga bernama Ridwan datang dan berusaha melerai. Berikutnya, kelompok pengeroyok ini menuju ke rumah Salim alias Kancil,” katanya.

Salim yang saat kejadian tengah menggendong cucunya, langsung masuk rumah ketika kelompok pengeroyok ini datang. Namun, para pelaku langsung menangkap Salim dan mengikat lengannya ke belakang dengan tali. Selanjutnya, Salim diseret ke Kantor Desa Selok Awar-Awar yang berjarak dua kilometer dari rumahnya.

“Sepanjang perjalanan menuju Kantor Desa, para pelaku terus menghajar Salim dengan senjata yang mereka bawa. Penganiayaan ini bahkan disaksikan oleh warga lainnya. Namun, warga tidak bisa berbuat banyak, apalagi membantunya karena ketakutan dengan aksi para pelaku. Di Kantor Desa, meski masih ada banyak siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pelaku tetap menyeret Salim dan membawanya masuk lalu terus menghajarnya. Bahkan, pelaku yang sudah menyiapkan alat setrum, menyetrum Salim dengan aliran listrik tegangan tinggi berkali-kali,” bebernya

Tak berhenti sampai disitu saja, para pelaku yang membawa gergaji, melukai leher Salim. Selanjutnya, pelaku menyeret tubuh Salim dalam keadaan terikat melewati jalan kampung menuju ke arah makam desa yang lebih sepi.

“Di Kantor Desa sangat ramai dan semuanya yang ada di sana menyaksikan kekejaman para pelaku. Di dekat makam desa inilah, pelaku kembali menganiaya Salim dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Termasuk juga, kepala bapak tiga anak tersebut dihantam berulang kali dengan batu hingga tewas dengan posisi tertelungkup. Barang bukti kayu dan batu juga berserakan di lokasi kejadian tempat korban Salim tewas,” ujarnya.

Oleh karena kekejaman para pelaku, Aak Abdullah meminta polisi mengusut tuntas kasus yang menimpa Salim dan Tosan, dua orang aktivis penolak tambang pasir. “Siapa-siapa saja pelakunya, otak intelektualnya dan siapa bekingnya harus diusut tuntas. Kami akan memberikan advokasi terhadap kasus ini,” katanya.

Hasil investigasi Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang, tidak jauh berbeda dengan keterangan hasil penyidikan perkara yang diungkapkan AKBP Fadly Munzir Ismail Kapolres Lumajang. “Pelaku memang keji, menyetrum, menghantam, memukul korban. Saya sendiri tidak tahu, apa yang menyebabkan mereka begitu. Ini mungkin karena mereka tidak mempunyai hati nurani,” ucap Kapolres.(her/iss/ipg)

Teks Foto:
-. Para terduga pelaku pengeroyokan saat diperiksa di Mapolres Lumajang.
Foto: Sentral FM

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs