Kondisi Tosan (51), warga Dusun Persil, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang yang menjadi sasaran aksi pengeroyokan masih kritis dan belum sadarkan diri.
Pria yang dikenal sebagai tokoh masyarakat di Desanya itu, sebelumnya menjadi sasaran pengeroyokan sadis yang diduga dilakukan kelompok warga pro tambang. Tosan sendiri ditemukan di pesisir pantai, dalam kondisi terluka parah di bagian kepalanya akibat dihantam batu dan kayu.
Tosan yang sejak Sabtu (26/9/2015), mendapatkan perawatan intensif di RS Bhayangkara Lumajang dalam pengamanan ketat aparat kepolisian dan pihak keluarga, akhirnya diputuskan untuk dirujuk ke RS Syaiful Anwar, Malang. Hal ini dilakukan karena kondisi Tosan yang terlampau parah, hingga membutuhkan perawatan medis lebih baik lagi.
“Melihat kondisi Tosan, tentu keluarga seperti apa rasanya. Terutama istri dan tiga anaknya. Sampai malam kemarin, ia dalam kondisi koma. Kami semuanya tidak terima dengan penganiayaan sadis seperti ini. Seluruh keluarga kami tidak terima,” kata Madris (50) sepupu korban.
Madris secara blak-blakan menuduh pelaku pengeroyokan terhadap Tosan adalah kelompok warga yang menjadi bodyguard Kepala Desa (Kades) Selok Awar-awar. “Kelompok warga itu memang sengaja dibentuk oleh Kepala Desa (Kades) sebagai algojo. Tugasnya menakut-nakuti warga kalau ada yang tidak sepaham dengannya,” paparnya.
Mulyadi, warga Desa Selok Awar-awar yang kontra dengan tambang dengan tegas menambahkan, kelompok bodyguard Kades yang menjadi dalang aksi pengeroyokan terhadap dua warga penolak tambang dikenal sebagai tukang carok. “Terutama soal pasir, mereka yang menjadi beking utamanya untuk menakut-nakuti warga,” ujar Mulyadi.
Untuk insiden pengeroyokan terhadap Tosan, Madris pun menuduh jika peristiwanya telah direncanakan sebelumnya. “Bahkan, peristiwa ini sangat sadis tidak tidak berperikemanusiaan. Betapa tidak, Tosan diculik orang-orang dari kelompok pro tambang bentukan Kades Selok Awar-awar dari rumahnya. Korban dikeroyok di depan istri dan anaknya di rumah,” terangnya.
Madris tahu informasi kejadiannya, karena sebelum kejadian sempat dihubungi Tosan melalui komunikasi handphone. Ia janjian bertemu dengan Tosan pukul 09.00 WIB dan disebutkan adanya rencana aksi demo damai penolakan tambang pasir di Desanya.
Madris pun menyarankan agar Tosan memberitahukan Kepala Desa dan berjanji akan datang juga ke Desa Selok Awar-awar. “Tapi, ternyata Tosan malah diculik dan dikeroyok, Saya tahunya juga ditelepon pukul 07.50 WIB,” tukasnya.
Setelah itu, Tosan dibawa ke Kantor Desa Selok Awar-Awar dengan jalan dibonceng motor. Sesampai di Kantor Desa, aksi pengeroyokan dan penganiayaan masih berlanjut.
“Tosan dikeroyok dengan mengggunakan berbagai benda keras. Bahkan, ada yang mengatakan Tosan ditabrak dengan motor lalu dilindas. Makanya, kami tidak terima dan menuntut pelakunya diusut tuntas. Pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Keluarga minta mereka dihukum mati saja,” tegas Madris. (her/dwi)
Teks Foto :
– Madris, sepupu korban Tosan didampingi
Foto : Sentral FM