Bulan Februari ini, petani hortikultura yang membudidayakan tanaman buah naga di Kabupaten Lumajang tengah memasuki masa panen. Dan, para petani menganggap saat ini merupakan waktu untuk panen rejeki. Pasalnya, permintaan buah yang berjuluk pengiriman buah berjuluk Dragon Fruit ini terus melimpah.
H Hasan Syafa’at, petani yang mengembangkan lahan budidaya buah naga seluas 7,4 hektar di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir merasakan manisnya rejeki melimpah ini. “Sebab, buah ini dianggap sebagai buah keberuntungan oleh warga Tiong Hoa saat perayaan Imlek ini. Kami yang mengembangkan budidaya buah ini, jadi merasakan dampak dan rejekinya,” katanya kepada Sentral FM, Rabu (18/2/2015)
Dalam sekali panen, menurut H Hasan Syafa’at, ia bisa mengirimkan 70 ton buah naga hasil budidaya di lahan kebunnya. Ada dua varietas buah naga yang dikembangkannya, yakni varietas dengan daging buah berwarna merah atau red dragon fruit yang berjumlah total 7 ribu pohon. Sedangkan varietas buah naga dengan daging yang berwarna putih sebanyak 10 ribu pohon.
“Panen sudah dilakukan sejak awal Februari lalu. Saat itu, rata-rata panen perhari bisa mencapai 1 ton. Tapi, 10 hari terakhir panen dilakukan dalam jumlah banyak karena untuk mengejar waktu perayaan Imlek,” terangnya.
Terlebih, permintaan yang datang dari berbagai daerah sesuai tujuan pemesan. Tidak hanya di lingkup lokal Lumajang dan regional diantaranya Malang sampai Surabaya saja. Namun juga mencapai lokasi yang sangat jauh, yakni pesanan dikirimkan hingga ke Singkawang di Pulau Kalimantan.
“Untuk itu, dalam beberapa hari terakhir kami terus sibuk memanen tanaman buah naga. Memanen buah naga membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Karena, buah ini tidak boleh terbentur atau dibanting atau jatuh. Karena akan membusuk,” tuturnya.
Tidak hanya itu saja, buah-buah yang telah dipanen, langsung dibersihkan dan dikemas dalam dos rapi dengan kemasan yang tidak gampang rusak untuk persiapan pengiriman.
“Kami kirim setiap hari ke berbagai pemesan dari berbagai kota. Untuk kiriman ke Malang sampai Surabaya, dengan truk boks yang langsung berangkat. Sedangkan untuk pengiriman ke Kalimantan perlu dikemas menggunakan peti agar tidak terjadi benturan yang mengakibatkan pembusukan.
Namun, banyaknya pesanan yang datang membuat H Hasan Syafa’at cukup kewalahan. Apalagi kesibukan merawat sekaligus memanen buah naga ini, sangat menguras tenaga pria yang mengaku kelahiran Batu, Malang tersebut. Padahal, ia telah dibantu keluarga dan 8 orang pekerjanya.
Dan kegiatan itu telah ia tekuni sejak Tahun 2003 dengan memulai menanam dan baru melakukan panen perdana pada Tahun 2005. “Sejak saat itu praktis pesanan terus berdatangan dan saya kerap kewalahan memenuhinya karena kekurangan stok. Padahal, sekali panen sepeti saat ini totalnya bisa mencapai 70 ton. Klau keuntungannya sih, lumayan buat petani seperti saya,” demikian pungkas H Hasan Syafa’at. (her/rs)
Teks Foto :
– Panen buah naga di kebun milik H Hasan Syafa`at di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir.
Foto : Sentral FM.