Situasi psikologis warga Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang pasca terjadinya kasus tambang berdarah yang mengakibatkan Salim Kancil tewas dan Tosan kritis sudah mulai membaik.
“Sekarang situasi keluarga mulai membaik. Apalagi sejak tersangka Kades Hariyono ditangkap dan ditahan, keluarga sudah lega. Keluarga berharap, tolong luruskan hukum. Itu saja yang diinginkan keluarga,” kata Rohim (39), warga Dusun Persil, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian yang juga Salim Kancil kepada Sentral FM, Minggu (4/10/2015).
Soal ketakutan akan ancaman terror, masih katanya, keluarga sudah mulai merasa aman. Saat ini juga sudah ada penjagaan dari pihak keluarga dan relawan secara bergiliran, ditambah polisi.
“Kadang-kadang keluarga yang menjaga 24 jam ada 4 orang, kadang banyak. Relawan juga begitu. Polisi juga menjaga bergantian 24 jam, minimal 8 personel,” katanya.
Untuk situasi psikologis Tijah dan Dio Eka Saputra, istri dan anak Salim Kancil sudah mulai membaik. “Mereka sudah mulai bisa tertawa. Karena sudah banyak keluarga yang menemaninya. Sehingga mereka selalu diajak ngobrol dan bisa mulai menghilangkan trauma yang dialaminya,” ujarnya.
Untuk bantuan, Rohim juga menyatakan, sudah mulai berdatangan untuk meringankan beban keluarga yang ditimpa musibah kekejian ini. Diantaranya dari Komisi VII DPR RI yang menjamin biaya hidup Tijah dan biaya sekolah Dio Eka Saputra sampai sarjana. Namun dari Pemkab Lumajang belum disampaikan.
Pasca kejadian tragis yang menjadi sorotan nasional itu terjadi, lanjut Rohim, harapan warga hanya sederhana saja.
“Tolong lestarikan alam kami, Desa kami. Karena semuanya menyangkut masa depan anak cucu kami ke depan. Kami akan hidup di Desa Selok Awar-Awar ini sampai turun-temurun. Kami, keluarga korban Salim Kancil dan Tosan tidak perlu apa-apa lagi. Hanya selamatkan saja lingkungan kami ini. Dan ke depannya tolong diperbaiki lingkungan kami yang sudah terlanjur rusak ini,” ujarnya.(her/dop/dwi)