Peringatan 1 Muharram Tahun Baru Hijriyah diperingati warga lereng Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro dengan menggelar tradisi Maheso Suroan.
Awalnya, masyarakat berkumpul di Kantor Desa Sumbermujur untuk memulai prosesi. Kirab budaya itu juga menyajikan kelompok kesenian Reog Ponorogo yang mempertunjukkan olah seninya di sana. Sedangkan, 10 gunungan ditata rapi di Pendopo Kantor Desa setempat.
Tak lama kemudian, para pemuka dan sesepuh Desa, diantaranya Heri Gunawan alias Ginsong yang merupakan pengelola Hutan Bambu, Syafi’I, Kepala Desa setempat, Paimin Camat Candipuro, Drs Eddy Hozainy Kabag Humas Pemkab Lumajang dan Heri Susanto, wakil dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lumajang melepas arak-arakan menuju Hutan Bambu.
Ribuan warga pun kompak berjalan kaki dari Kantor Desa hingga ke Hutan Bambu yang jaraknya lebih dari 3 kilometer. Otomatis, arak-arakan ini meriah, karena sepanjang jalan kirab budaya dengan berbagai kesenian terus dipertunjukkan. Sampai akhirnya, arak-arakan tiba di lokasi yang telah dipadati warga lainnya, termasuk para wisatawan yang sengaja datang untuk melihat prosesi ini secara langsung.
Ke-10 Gunungan kemudian ditata rapi di tengah-tengah areal Hutan Bambu. Kemudian Heri Gunawan selaku pengelola kawasan konservasi bambu inipun meminta Sesepuh Desa dan Tokoh Agama memimpin do’a bersama. Berikutnya, prosesi tradisi Maheso Suroan ini pun dilanjutkan dengan berebut gunungan dan penanaman kepala sapi di bawah rerimbunan tanaman bambu.
Rebutan gunungan berlangsung menarik, karena ribuan warga menyerbu gunungan untuk mengambil berbagai sajian yang ada. Diantaranya hasil bumi berupa ketela pohon, pisang, sayur-sayuran, padi, tumpeng nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya. Saking banyaknya warga yang berebut, dalam waktu beberapa menit, gunungan pun ludes.
Heri Gunawan alias Ginsong selaku panitia kegiatan ini kepada Sentral FM mengatakan, bahwa tradisi ritual Maheso Suroan merupakan tradisi yang digelar warga Desa Sumbermujur sejak turun-temurun. Tujuannya adalah untuk melestarikan tradisi budaya, seni dan kearifan lokal.
“Sebab, pelestarian sumber mata air hari ini, tidak lepas dari tradisi ini. Yakni, masyarakat percaya bahwa Hutan Bambu tidak boleh diapa-apakan, diutak-utik apalagi sampai ditebangi sebagai penyangga sumber mata air yang dibutuhkan warga masyarakat. Sebagai bukti, meskipun musim kemarau, namun sumber mata air di Desa Sumber Mujur ini tidak menyusut atau berubah dari sebelumnya,” katanya .
Kegiatan ini, lanjut Heri Gunawan, dirangkai dengan acara Sewindu Ruwatan Desa, Bumi dan Gunung Semeru. “Kegiatannya selepas Maghrib dengan pagelaran wayang kulit. Ruwatan ini juga bentuk kearifan budaya lokal masyarakat Dea Sumbermujur dengan harapan Desa, Bumi dan Gunung Semeru bisa mensejahterakan masyarakat hingga Gemah Ripah Loh Jinawi,” tuturnya.
Pria yang juga Ketua KPSA Kalijambe ini menyampaikan, Gunung Semeru meskipun belakangan terus mengeluarkan lava pijar, namun hal itu menjadi keharusan. Pasalnya, jika tidak maka dikhawatirkan malah akan berbahaya karena bisa meletus sehingga menjadi bencana yang luar biasa. “Kearifan lokal inilah yang terus di jaga sebagai tradisi masyarakat,” terangnya
Filosofinya, ungkap Heri Gunawan, melalui ritual dan tradisi ritual Maheso Suroan ini, masyarakat berdo’a bersama-sama dengan dipimpin Tokoh Agama untuk keselamatan seluruh komponen warga dan dijauhkan dari segala mara bahaya.
“10 Gunungan, diantaranya kepala sapi sesuai keyakinan leluhur, adalah hewan yang dipelihara manusia, sapi atau kerbau yang kencingnya melimpah ruah. Sehingga, kepala sapi dipilih untuk ditanam di rerimbunan tanaman bambu dengan harapan sumber mata air tetap melimpah ruah,” ungkapnya.
Gunungan tumpeng nasi kuning merupakan perlambang keemasan dengan harapan bisa membawa masyarakat menuju jaman keemasan. Selain itu, Gunungan Polo Pendem merupakan hasil bumi terpendam di tanah dan Polo Gumantung sebagai perlambang hasil bumi yang tergantung diatas tanaman, menjadi wujud rasa syukur terhadap hasil pertanian yang melimpah serta wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dijauhkan dari hama dan penyakit yang merusak tanaman.
Dalam kegiatan ini, juga dilakukan Barikan, dimana warga masyarakat membawa makanan yang dikumpulkan di Hutan Bambu. Setelah prosesi penanaman kepala sapi, maka masyarakat akan menyantap makanan bersama-sama.
“Kegiatan Barikan juga akan dilanjutkan besok, di Dusun Umbulsari dan Umbulrejo. Warga akan berdoa di setiap sudut-sudut Kampung dan Gang dipimpin Tokoh Agama. Sabtu pekan depan, akan digelar juga Karnaval dengan rute sepanjang jalan Desa Sumbermujur menuju Hutan Bambu,” demikian pungkas Heri Gunawan.(her/tok)
Teks Foto :
-Arak-arakan gunungan dan kirab budaya dalam prosesi tradisi Maheso Suroan, oleh warga lereng gunung Semeru.
Foto : Sentral FM.