Soeparmin Ras (56) pegiat seni yang kini membuka sanggar dan berdomisili di Desa Condro, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang ini, telah beberapa kali diundang sebagai dosen tamu di berbagai akademi seni di negara Paman Sam.
Sosok penari kawakan Lumajang ini mendapat hadiah manis di penghujung Tahun 2014 dengan meraih anugerah Bung Tomo Award dengan kategori Seni dan Budaya.
“Anugerah Bung Tomo Award ini diserahkan langsung Syaifullah Yusuf Wagub Jatim di Surabaya. Acara ini juga dihadiri Tedjo Edhy Purdijatno Menko Polhukam,” kata Soeparmin Ras kepada Sentral FM, Senin (8/12/2014).
Soeparmin menerima hadiah setelah diumumkan Bambang Sulistomo putera Bung Tomo selaku Panitia Penyelenggara.
Dia mengaku bangga mendapat penghargaan tersebut. Pasalnya, olah kesenian yang telah menjadi profesinya selama ini mendapat apresiasi dari banyak kalangan.
Selain itu, penghargaan ini menjadi pekerjaan berat baginya ke depan untuk mendorong kemajuan bidang seni-budaya. Baik di Kabupaten Lumajang, khususnya, Jawa Timur maupun nasional.
“Tidak mendapat penghargaan pun saya akan mengembangkan seni dan budaya. Karena ini tanggungjawab saya kepada generasi pegiat seni ke depan,” ujar Parmin Ras yang mengaku telah menggeluti seni secara otodidak meski pernah menimba ilmu di STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) selama dua tahun sebelum protol.
Tarian, bagi pria berkaca mata minus ini bukan sekedar estetika gerak. Namun, sebuah olah rasa dan laku yang bisa menembus batin.
“Olah tari itu merupakan pemahaman cara menghargai manusia lain, persahabatan, persaudaraan dan kesamaan. Yang terpenting adalah menyatu dengan alam. Bahkan, kita bisa menyampaikan kritik sosial dengan olah rasa dan gerak melalui tari,” jelasnya.
Harapan ke depan Soeparmin Ras, generasi muda yang ingin menekuni seni harus memahami kesenian, karena menanusiakan manusia lainnya. Seni tari bukan asal bagus, asal indah, asal laku dan sebagainya. Masih banyak hal yang harus dikuasai pegiat seni tari untuk bisa berkarya lebih dalam lagi.(her/ono/ipg)