Mendekati peringatan Hari Raya Idul Fitri 1345 Hijriah ini puluhan pasien RSD dr Haryoto Lumajang memilih pulang paksa dengan harapan bisa melewatkan lebaran bersama keluarga.
dr Triworo S Nadjieb Direktur RSD dr Haryoto Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM, Jumat (25/7/2014), mengatakan bahwa para pasien yang memilih pulang paksa menjelang lebaran, biasanya pasien dalam pengobatan atas penyakitnya yang tidak sampai sangat parah.
“Meski masih memerlukan perawatan. Biasanya pasien yang dirawat meminta pulang secara paksa. Alasannya, mereka menilai bahwa jika dirawat di rumah saat lebaran, bisa berkumpul dengan keluarga, maka penyakitnya akan semakin cepat sembuh, Ini secara psikis saja,” kata Triworo.
Khususnya pasien-pasien yang memilih pulang paksa ini adalah yang berusia lanjut. “Ya itu tadi, mereka menginginkan saat lebaran berkumpul dengan anak, cucu dan saudara dan kerabat. Karena penyakitnya tidak terlalu kronis, meski membutuhkan rawat inap, kita tidak bisa menolak,” terangnya.
Dengan syarat, lanjut dia, selepas lebaran mereka kembali dirawat untuk melanjutkan pengobatannya. “Selain itu, selama di rumah, jika terjadi gangguan sewaktu-waktu, kita tekankan harus segera dibawa ke Rumah Sakit,” tukasnya.
Jumlah pasien yang memilih pulang paksa selama lebaran, kata dia, mencapai beberapa puluh proses dari keseluruhan total jumlah kapasitas hunian rawat inap. Dimana, RSD dr Haryoto Lumajang memiliki kapasitas 214 bed. “Kelas tiganya 88, selain itu ada Kelas II, I dan VIP. Serta, masih ada ruang bayi dengan kapasitas 20 bed,” ujar dia.
“Yang pulang paksa biasanya pasien orang tua, anak yang tidak mengalami sakit terlalu berat. Intinya, kami memperbolehkan, setelah melihat kondisi mereka masih bisa berkomunikasi dengan keluarga. Tapi kalau kondisi pasien tidak sadarkan diri, ya tentu kami tidak mungkin mengizinkan meski dimintakan pulang paksa keluarga,” bebernya.
Sementara itu, untuk kesiapan penanganan pasien selama lebaran, RSD dr Haryoto Lumajang menganggap bukan hal yang spesial lagi. Karena setiap tahun, protapnya sudah dijalankan, sesuai format kesiapan penanganan berdasarkan SOP (Standar Operasonal Prosedur) yang ada.
“Artinya, dokter, paramedis, perawat dan bidan tidak boleh sampai kosong cuti semua. Bahkan, tidak ada cuti di RSD dr Haryoto Lumajang, hanya pembagian shift tugas regular saja. Selama lebaran, sambungnya, hanya Poli saja yang tutup. Yang terpenting, Instalasi Rawat Darurat tidak boleh kosong karena saat lebaran korban traffic cident atau kecelakaan berpotensi meningkat. Hal ini disebabkan mobilisiasi masyarakat yang cukup tinggi. Kalau presentasi mungkin sampai 50 persen,” tambah Triworo.
Sebagai antisipasi kesiagaan SDM paramedis, dokter dan lainnya, Rumah Sakit terbesar di Lumajang ini mensiagakan beberapa manajemen untuk secara bergantian, mengantisipasi lonjakan pasien atau kejadian luar biasa. SDM yang ada, bisa mengkoordinir pengerahan baik itu SDM maupun sarana dan prasarananya.
“Untuk memobilisasi, karena di tingkat pelayanan tidak mungkin memobilisasi yang lain. Termasuk logistis, baik sarana-prasarana obat-obatan telah kita anstisipasi dengan stok yang mencukupi. Karena distributor-distibutor kan juga libur, jadi kita antisipasi sebelumnya,” pungkas dia. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret pasien yang ditangani di RSD dr Haryoto Lumajang.
Foto : Sentral FM.