Krisis BBM yang terjadi di Kabupaten Lumajang berlanjut hingga hari ini, Kamis (28/8/2014), dampaknya multiflier effect. Tidak hanya terhadap masyarakat konsumennya saja, namun juga bagi pengelola SPBU yang ada. Dimana di seluruh Kabupaten Lumajang terdapat 17 SPBU yang tersebar di berbagai wilayah.
Budiono, pengelola SPBU Bagusari, Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Kota Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM mengatakan, antrean pengendara motor dan mobil cukup panjang. Baik yang meminta pelayanan premium maupun solar. Hal ini disebabkan, SPBU tersebut sejak lebih dari sepekan terakhir, rata-rata hanya bisa melayani selama beberapa jam saja.
Pasalnya, untuk jatah DO Premium dan Solar sejak awal Agustus lalu telah dikurangi Pertamina. “Untuk DO Solar yang biasanya kami pesan dari Pertamina mencapai lebih dari 10 ribu liter sampai 16 ribu liter, kini dibatasi hanya 8 ribu liter saja,” kata Budiono.
Sedangkan untuk Premium yang biasanya dipesan 32 ribu liter, saat ini dibatasi hanya 24 ribu liter saja. Stok tersebut menurut Budiono, sangat minim karena kebutuhan pelayanan setiap harinya lebih banyak, menyesuaikan permintaan masyarakat.
“Contohnya, dalam dua hari sekali untuk Solar, kami pesan DO hingga 32 ribu liter dan untuk Premium 88 ribu liter. Pengurangan yang terjadi akibat pembatasan itu, menyebabkan potensi penjualan berkurang hingga lebih dari 50 persen setiap harinya. Kalau dihitung-hitung, penjualan kami ya berkurang sampai 50 persenan,” paparnya.
Kondisi ini, masih kata Budiono, menyebabkan pengelolaan SPBU jadi merugi. Karena hitungannya adalah keuntungan margin dari penjulan untuk berbagai cost yang harus dikeluarkan mulai operator, listrik dan biaya-biaya lainnya.
Namun, itu yang menjadi aturan dan regulasi pertamina dan harus kami ikuti. Akan tetapi kalau kondisi ini tidak segera membaik, jela skami akan merumahkan beberapa operator. Saat ini kami mempekerjakan 6 operator, dan 2 orang bisa terancam kami rumahkan sementara,” bebernya.
Budiono juga mengkalkulasi, dengan kuota rutin yang bisa dijual di SPBU-nya untuk BBM jenis premium mencapai 32 ribu liter, kini dikurangi hingga 24 ribu liter, hal itu selain memangkas keuntungan juga memangkas waktu kerja.
“Pengiriman BBM rutinnya pukul 22.00 sampai pukul 04.00. Dengan kuota DO yang dikirim berkurang, waktu penjualan di SPBU kami juga akan berkurang. BAik untuk Premium maupun Solar,” jelasnya.
Ia menerangkan,. Jika kuota biasa bisa mengantisipasi kebtuuhan BBM hingga 24 jam, namun saat ini penjualan di SPBU-nya hanya berkisar antara 10 jam saja. “Dalam tempo 10 jam, BBM sudah habis terjual. Setelah itu, maka menunggu kiriman keesokan harinya lagi,” ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Budiono, yang terjadi saat ini adalah rutin antrian panjang ketika pasca adanya pengiriman BBM. “Seolah-olah masyarakat tidak ingin kehabisan jatah BBM hingga antrian jadi panjang. Terutama untuk pembelain solar dari MPU dan truk,” urainya.
Kondisi itu, sambung Budiono, belum lagi untuk mencukupi ketersediaan bagi pembelian BBM dengan jirigen. Dimana banyak masyarakat yang membutuhkan BBM untuk jenis Premium dan Solar untuk kebutuhan rutin mereka sehari-hari.
“Pembelian BBM dengan jirigen untuk jenis premium, biasanya dijual eceran di Desa-Desa yang jauh dari SPBU. Mereka kita layani dengan melengkapi rekomendasi dari Desa,” bebernya.
Sedangkan, untuk pembelian BBM jenis solar, baik untuk kebutuhan petani guna menggerakkan mesin traktor, nelayan dan Industri Kecil Menengan (IKM), semuanya juga dilayani.
“Hanya saja, sesuai kesepakatan bersama yang difasilitasi Pemkab Lumajang, pembelian solar untuk masyarakat dengan jirigen ini, harus dilengkapi dengan rekomendasi dari Satuan Kerja terkait. Semisal utnuk nelayan harus dari Kantor Kelautan dan Perikanan. Lainnya juga sama,” demikian pungkas Budiono. (her/ipg)
Teks Foto :
– Antrean pembelian BBM di SPBU Bagusari, Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Kota Lumajang.
Foto : Sentral FM