Perayaan Imlek bagi petani hortikultura yang membudidayakan tanaman buah naga di Kabupaten Lumajang, merupakan waktu untuk panen rejeki. Sebab permintaan pengiriman buah yang dianggap oleh warga keturunan Tionghoa sebagai buah dewa ini, terus melimpah.
Dalam sekali panen seorang petani bisa mengirimkan 70 ton buah naga hasil budidaya di lahan seluas 7,4 hektar. Permintaannya ke berbagai daerah tujuan pemesan. Baik di Malang, Surabaya bahkan sampai jauh ke Pulau Kalimantan.
Itulah rejeki berlimpah yang saat ini dirasakan oleh H Hasan Syafa’at, petani yang tinggal di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir ini. Dalam beberapa hari terakhir, ia terus sibuk memanen tanaman buah naga yang dikembangkan di lahan yang tak jauh dari rumahnya.
Ada dua varietas buah naga yang terus ia rawat kesuburannya. Yakni, varietas dengan daging buah berwarna merah atau red dragon fruit yang berjumlah total 7 ribu pohon. Sedangkan untuk varietas buah naga dengan daging yang berwarna putih sebanyak 10 ribu pohon.
Kesibukan merawat sekaligus memanen buah naga ini, cukup menguras tenaga pria yang mengaku kelahiran Batu, Malang ini. Padahal, ia telah dibantu keluarga dan 8 orang pekerjanya.
“Memanen buah naga memang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Karena, buah ini tidak boleh terbentur atau dibanting atau jatuh. Karena akan membusuk,” kata H Hasan Syafa’at kepada Sentral FM, Jumat (31/1/2014).
Tidak hanya itu saja, buah-buah yang telah dipanen, langsung dibersihkan dan dikemas dalam kardus untuk persiapan dikirim. Pengirimannya juga dilakukan setiap hari ke berbagai pemesan dari berbagai kota juga.
“Ada yang dikirim ke Malang, ada yang ke Surabaya. Ada juga yang dikemas dalam peti untuk dikirim ke Kalimantan. Pesanan buah naga ini melimpah sejak tiga pekan lalu. Biasanya untuk persiapan perayaan Imlek. Memang kalau Imlek seperti ini, kami panen rejeki melimpah,” paparnya.
Hasil panennya, masih kata H Hasan Syafa’at, sebenarnya juga untuk memenuhi pesanan di lokal Lumajang saja. Namun, banyaknya pesanan ini yang membuat dirinya kewalahan.
“Saya sendiri untuk memenuhi pesanan kadang kekurangan stok. Padahal, sekali panen di Bulan Desember sampai April mendatang, totalnya bisa mencapai 70 ton dengan total keuntungan mencapai ratusan juta. Biaya tanam dan perawatannya juga mahal, mencapai puluhan juta juga,” pungkas H HAsan Syafa’at seraya menyebutkan bahwa ia telah menanam buah naga itu sejak Tahun 2003 dan baru panen tahun 2005.
Sementara itu, panen raya buah naga ini menjadi perhatian Pemkab Lumajang. Drs Eddy Hoziany Kabag Humas yang meninjau langsung areal panen buah naga di kebun milik H Hasan Syafa’at ini menyampaikan, bahwa masyarakat Lumajang patut beryukur dengan potensi yang melimpah.
“Berkaitan Imlek ini, potensi komoditi buah naga ini sangat menghasilkan. Potensi bagus ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat petani, khususnya di lahan yang berpasir memang cocok untuk komoditi ini. Selanjutnya, Pemkab Lumajang mendorong bahwa potensi kebun seperti ini bisa dijadikan wisata agro yang tentunya butuh dipublikasikan,” kata Eddy Hozainy. (her/ipg)
Teks Foto :
– Panen buah naga di kebun milik H Hasan Syafa’at di Desa Kabuaran, Kecamatan Kunir.
Foto : Sentral FM