Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengembangkan produk kesehatan dengan harga ekonomis yang berbasis internet untuk memudahkan pasien dan dokter selama pengobatan. Tim peneliti ITS yang diketuai Arief Kurniawan ST MT dari Departemen Teknik Komputer menginovasikan alat monitoring jantung Electrocardiogram (ECG) dengan 12 sadapan atau ECG 12 lead, yang dapat digunakan pasien secara mandiri dan dipantau oleh dokter melalui data berbasis Cloud.
ECG merupakan alat yang digunakan untuk memantau kondisi jantung melalui pengukuran aktivitas kelistrikan atau impuls denyut jantung. ECG 12 lead memiliki efektivitas paling tinggi dari tipe ECG lainnya karena mampu menunjukkan kondisi jantung dari 12 perspektif secara horizontal dan vertikal pada waktu bersamaan.
“Karena harganya yang mahal, rumah sakit kecil umumnya menggunakan ECG 1 lead yang hanya mampu melihat kondisi jantung dari satu perspektif saja,” ungkap Dion Hayu Fandiantoro ST MEng., satu di antara tim peneliti, Kamis (20/1/2022).
Dosen Teknik Komputer ITS ini melanjutkan, selain mengembangkan ECG 12 lead dengan harga lebih eknomis, tim ITS juga berfokus pada portabilitas alat. Alat dapat digunakan secara mandiri oleh pasien dan dapat dipantau dari jarak jauh oleh dokter yang bertugas.
“Hasil data perekaman jantung yang tersimpan di Cloud mampu mengurangi penggunaan kertas,” tambah Dion.
Dion menambahkan bahwa pasien hanya perlu menempelkan elektroda alat pada bagian dada di titik yang ditentukan. Elektroda ini berfungsi menyadap impuls jantung dan sinyal tersebut akan diterima oleh sensor alat.
“Sinyal kelistrikan jantung akan diproses secara real time oleh perangkat ECG 12 lead dengan bantuan algoritma yang dibentuk tim ITS,” tambah Dion yang melanjutkan pendidikan magisternya di Kumamoto University, Jepang bidang Electrical and Electronics Engineering ini.
Hasil data perekaman impuls jantung yang diolah perangkat ECG 12 lead berupa grafik sinyal dari 12 sadapan yang kemudian tersimpan secara lokal dan ditampilkan pada layar LCD perangkat. Tidak hanya disimpan secara lokal, hasil perekaman juga tersimpan di Cloud untuk ditampilkan pada website.
“Melalui website tersebut, tim dokter dapat memantau hasil perekaman jantung pasien yang dilakukan secara mandiri untuk menentukan diagnosis keadaan jantung pasien,” lanjut Dion.
Dion juga menekankan bahwa sebelum melakukan perekaman, pasien diharapkan mendaftarkan diri terlebih dahulu di website yang telah disediakan. Setelah pengguna berhasil masuk dengan akun pribadi, pasien memilih menu mulai rekam pada halaman utama. Pada halaman perekaman, pasien perlu memasukkan nama, nomor identitas, dan lama waktu perekaman. Selanjutnya, simpan data dan mulai merekam.
“Perekaman akan dilakukan sesuai dengan durasi waktu yang diisikan pada webiste,” papar Dion.
Dalam pengerjaan ECG 12 lead yang memakan waktu dua tahun ini juga sempat melalui kendala, satu diantaranya yaitu ketersediaan pasien yang bersedia menjadi target uji coba alat masih terbatas. Dion bersama tujuh anggota tim lainnya berharap, alat ini dapat segera diuji klinis agar dapat dikomersialisasikan ke masyarakat luas. “
Inovasi ini diharapkan mampu membantu penanganan penyakit jatung dan menyelematkan banyak jiwa,” pungkas Dion.(tok/ipg)