Sabtu, 23 November 2024

Mahasiswa ITS Rancang Tongkang Bertangki Coselle, Ini Keistimewaannya

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ilustrasi

Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) rancang sebuah kapal tongkang bertangki coselle berfungsi mendistribusikan permintaan gas bumi di wilayah timur Indonesia, yang karena kondisi geografis ekstrem menyebabkan distribusi produksi gas bumi di kawasan itu kurang ekonomis.

Tim mahasiswa ITS itu adalah Mujadid Aldin Albasyir, Adiv Gayu Athallah, dan Annisa Aulia yang tergabung dalam sebuah kelompok bernama Anglung Team. Ketiganya merupakan mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS. Tim ini menginovasikan kapal tongkang dengan Winged Air Induction Pipe (WAIP) sebagai Air Lubrication System.

Mujadid Aldin Albasyir Ketua Tim, Rabu (21/4/2021) menjelaskan, inovasi tersebut diangkat dari potensi wilayah timur Indonesia yang memiliki produksi gas bumi kurang lebih 1.000-1.500 MMSCFD dan 87 persennya diekspor ke negara lain.

Tetapi, karena kondisi geografis yang kurang mendukung akibat pulau-pulau yang terpencar menjadikan distribusi gas bumi di Indonesia menjadi susah. “Oleh karena itu, kita menginovasikan teknologi distribusi gas bumi dengan menggunakan kapal tongkang agar lebih mudah dan murah,” terang mahasiswa yang akrab disapa Aldin ini.

Teknologi yang dirancang ini, kata Aldin, pada prinsipnya menggabungkan tiga teknologi yang ada di industri maritim. Tiga teknologi tersebut yaitu Kapal Tongkang, Tangki Coselle Compressed Natural Gas (CNG), dan WAIP. “Teknologi tersebut kami rasa lebih tepat dibandingkan menggunakan pipa dan kapal carrier dalam distribusi gas bumi,” tambah Aldin.

Kapal tongkang dan tangki coselle, lanjut Aldin digunakan untuk memaksimalkan kapasitas gas bumi yang akan dibawa. Sedangkan WAIP sendiri digunakan untuk mengurangi resistansi dan gesekan pada kapal. Sehingga, dikatakan Aldin, dengan menggunakan inovasi WAIP secara otomatis dapat mengurangi sekaligus menghemat bahan bakar sebesar 10 persen dibandingkan dengan kapal tongkang konvensional.

Selain itu, tambah Aldin keunggulan lainnya dari kapal tongkang buatan timnya adalah mampu membawa gas bumi sebanyak 62 MMSCFD dalam sekali perjalanan dinas. “Jumlah tersebut sudah kami sesuaikan dengan kebutuhan gas di Sorong,” tegas Aldin.

Saat ditanya kendala, Aldin menyampaikan bahwasannya keterbatasan jarak dan ilmu menjadikan proses pengerjaan sedikit menemui hambatan. Sebab menurutnya, inovasi yang digagas timnya ini butuh penyilangan software analisis dengan beberapa teori gesekan kapal.

Sehingga dengan usaha maksimalnya, ia dan tim membuat pendekatan-pendekatan teoritis yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. “Keterbatasan ini disebabkan kami satu tim berasal dari angkatan yang sama, yakni angkatan 2019,” tambah Aldin.

Namun, jerih payah tim selama satu bulan tersebut telah berhasil membuahkan prestasi yang membanggakan. Kapal tongkang rancangan tim Anglung ini berhasil menyabet juara kedua pada Paper Competition Indonesia Ocean Expo 2021, beberapa waktu lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, tim Anglung ITS berhasil mengungguli sembilan finalis lainnya dari perguruan tinggi nasional.

Aldin berharap, rancangan ide timnya dapat diimplementasikan di masa yang akan datang ketika pembangunan infrastruktur terkait dengan transportasi dan proses gas di wilayah timur Indonesia cukup memadai. “Dengan adanya rancangan kapal tongkang yang kami usulkan, harapannya pemenuhan gas di wilayah timur khususnya di Sorong dapat terpenuhi dengan efektif,” pungkas Aldin.(tok/tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs